Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

3 Cara Memanggil Ternak di Kampungku

5 Januari 2015   17:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:47 262 6
Setelah saya renungkan selama 3 hari, saya putuskan untuk menuliskan ini di Kompasiana. Karena menurutku ini akan berguna kelak bagi anak-anak muda generasi penerus bangsa terutama yang asal-usulnya dari kampungku.

Tentu seluruh pembaca Kompasiana, yang ada di Indonesia maupun di luar negeri sudah tahu betul di mana kampungku kan? Kalau belum tahu, baiklah saya ceritakan sedikit, sebagai berikut.

Kampungku bernama Siborongborong (ini sih nama kecamatannya). Siborongborong itu sekitar 5 jam perjalanan darat dari Medan arah ke Tarutung. Sebenarnya ada cara yang lebih cepat, dengan menggunakan jasa pesawat terbang, anda bisa cepat mendarat di Bandara Silangit. Lalu anda bisa segera menikmati sejuk dan dinginnya hawa di kampungku itu. Segera hangatkan diri anda dengan segelas kopi kental dan nikmati kacang koring maupun ombus-ombus. Nikmatnya....

--

Di kampungku (dahulu kala) rata-rata (atau rerata?) rumah tangga memelihara ternak, disamping profesi unggulan sebagai petani sawah dan ladang palawija. Di beberapa dusun ada juga petani tanaman keras bernama hamijjon (kemenyaan) dan cengkeh.

Ternak ini ibarat tabungan, yang setelah mencukupi umur dan ukuran akan dijual guna memenuhi kebutuhan yang khusus seperti masuk sekolah, memberangkatkan perantau atau melaksanakan upacara adat.

Ternak utama yang dipelihara di kampungku adalah babi, ayam, dan kerbau. Adapun anjing dipelihara bukan sebagai ternak untuk dijual, tetapi sebagai peliharaan saja.

Bagaimana pemilik ternak memanggil dorbia (ternak)nya?

Untuk memanggil ternak babi (oh ya babi dipelihara dan dilepas, tidak di dalam kandang), pagi dan sore, waktunya mereka makan. Pemilik akan meneriakkan "hurje..." dengan volume maksimal agar suaranya bisa menembus semak belukar dan di dengar oleh ternak babi yang mungkin sedang sibuk di balik semak-semak. Ternak yang dipanggil pun akan datang menuju tempat mereka makan yang disebut palangka.

Untuk memanggil ayam, pemilik meneriakkan "hurhe..." dengan volume sedang. Ayam-ayam biasanya bermain tak jauh dari kampung, dan mereka pun akan segera datang menuju pemiliknya.

Sedangkan untuk memanggil anjing, pemilik meneriakkan "doi...." dengan volume sedang juga. Anjing biasanya tak jauh dari rumah pemiliknya, kecuali anjing jantan suka pergi-pergi mencari anjing betina.

Sementara kerbau tidak bisa dipanggil, harus ditarik tali yang diikatkan di anting yang melekat di hidungnya. Anting itu disebut harihir, mirip piercing yang digunakan manusia.

Walaupun hewan-hewan ternak itu tak punya nama khusus, tetapi mereka mengenali suara pemiliknya. Karena itu ternak yang datang adalah ternak si pemilik, bukan ternak orang lain.

Sesuai perkembangan jaman, saat ini anjing peliharaan sudah diberikan nama. Sehingga yang dipanggil adalah namanya.

Demikianlah, mana tahu ada generasi muda yang tidak mengalami lagi masa-masa memelihara ternak di kampung, bisa mengetahui sedikit tentang masa lalu di kampung.

Salam tiga jari...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun