Di kampungku (dulu, aslinya) orang makan tidak di meja makan, tetapi di atas lage tiar - tikar. Tikar kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah "mat". Tapi ya tidak cocok juga kalau saya buat "mat manner". Terlepas dari istilahnya, yang saya maksud disini adalah tata cara orang kampungku (Batak di kampungku) jika makan bersama atau sedang menjadi tamu di rumah orang lain.
1. Makan tidak boleh berdiri, harus duduk bersila. Makan berdiri dianggap seperti hewan.
2. Jika sedang dijamu (menjadi tamu), nasi sudah disendok oleh tuan rumah (ibu rumah tangga) ke piring, sedangkan lauk-pauk dipersilahkan ambil sendiri dari tempat yang sudah disediakan. Ambillah terlebih dahulu sayuran (mungkin berupa daun ubi atau sihorpuk).
3. Lauk yang disediakan bagi tamu biasanya spesial, dalam hal ini daging ayam. Ambillah kepalanya dahulu, jangan ambil paha atau bagian pantat ayamnya.
4. Jangan mengeluarkan suara ketika mengunyah makanan.
5. Makan dengan menggunakan tangan, bukan sendok dan garpu.
6. Jangan sampai piring anda berbunyi, nanti dianggap hidangannya kurang. Begitupun tuan rumah yang menghidangkan, periuknya tidak boleh berbunyi beradu sendok, karena itu dianggap pertanda nasi sudah habis.
7. Tuan rumah biasanya akan menyelesaikan makanannya lebih lama dari tamu, jika sebaliknya, tamu bisa malu dan buru-buru selesai.
8. Nasi tidak boleh tercecer.
9. Saat makan tidak diperkenankan berbincang-bincang.
10. Sebelum dan sesudah makan, berdoa bersama.
Begitulah table manner ala kampungku (Batak). Mungkin ini belum lengkap, tetapi saya berharap pemuda generasi penerus kampungku, siapa tahu sudah lahir di perantauan, dapat memiliki sedikit gambaran kebiasaan di kampung kami sana, yaitu tak lain tak bukan adalah Siborongborong, yang dicita-citakan menjadi ibu kota propinsi Tapanuli kelak. Semoga!
Salam tiga jari!!!