Mobil hitam dan mewah kini tepat berhenti di samping Febe saat Febe sedang berdiri di teras sebuah kafe yang malam itusudah tutup karena sudah larut. Seorang pria dengan stelan santai keluar dari mobil menggandeng tangan Febe masuk ke dalam mobil. Pria berusia 30 tahun itu terpaksa keluar dari mobil dengan payung di tangannya menjemput Febe ke teras karena memang malam itu hujan cukup deras membasahi bumi.
“sudah berapa lama kamu berdiri di situ” tanya pria itu sembari dia mulai menjalankan mobil hitam itu meninggalkan kafe.
“baru aja aku keluar dari ruang ganti. Tidak butuh waktu lama kok aku menunggumu” Febe memandang manis pria itu.
Mobil mulai melaju kencang. Pria yang bernama Rizal itu sepertinya tidak sabar lagi membawa Febe ke sebuah tempat yang sudah dipersiapkannya malam itu. Malam itu menjadi spesial buat Rizal karena ini kali pertamanya membawa Febe ke sebuah tempat yang sangat romantis, sebuah taman kecil di sudut kota Jakarta yang dipenuhi dengan cahaya lampu yang indah dan di sekelilingnya terdapat bunga warna – warni yang sangat menambah keindahan. 2 minggu sejak mereka jadian baru kali ini Rizal punya waktu yang baik membawa Febe ke tempat itu. Febe memang hampir tiap malam harus bekerja di sebuah kafe di daerah Kemang. Febe adalah penyanyi yang hampir tiap malam ada untuk menghibur pengunjung kafe yang laris dengan pengunjung itu. Rizal seorang pengusaha muda yang juga sibuk dan hampir tiap harinya dia hanya punya waktu tidak kurang dari 3 jam untuk berduaan bersama Febe. Namun, itu tidak pernah menghalangi cinta mereka. Mereka selalu romantis dalam segala kondisi apapun. Komitmen sudah mengikat dua hati ini.
“hmm… sayang sekali ya malam ini hujan…” Rizal seperti baru menyadari kalau malam itu hujan cukup deras.
“tapi tidak mengubur rencana kamu kan?” Febe seakan menangkap sebuah kekecewaan di hati Rizal karena hujan malam itu. Namun, Febe berusaha untuk membuat Rizal tetap menikmati malam itu.
“tapi aku sudah janji membawa kamu ke Taman itu. Itu artinya kita akan bermandikan hujan kalau rencana aku tetap jalan”
“masalah? Hmm… bukannya itu menjadi sebuah hal menarik?” Febe seperti tidak mau membatalkan rencana yang sudah dipersiapkan Rizal malam itu.
Mobil berhenti tiba – tiba. Suasana hening sejenak, mata mereka seperti sedang beradu. Rizal begitu menatap tajam wanita cantik yang ada di depannya malam itu. Ada sekitar 2 menit mereka saling memandang tanpa ada kejadian lain yang tiba – tiba muncul. Febe seakan menikmati tatapan hangat dari Rizal. Selang beberapa waktu Febe memutuskan melepas sepatu hak tingginya dan dengan segera membuka mobil berlari keluar. Sepertinya Febe sangat menikmati malam itu, dia keluar dari mobil sambil menari – nari tanpa memikirkan tubuh dan rambutnya yang sudah begitu kuyup. Rizal masih terdiam melihat Febe. Rizal seperti tidak sanggup berbuat apa – apa, dia seperti terhipnotis tak sanggup bergerak melihat tubuh seksi Febe kuyup dibalut gaun merah dan semakin membentuk tubuh mungil yang begitu indah. Rizal seperti sedang melihat sorga di depan matanya.
“kamu mau tetap mematung disitu?” teriak Febe dari kejauhan seakan membuyarkan konsentrasi Rizal.
“hmm… ya… oh… sebentar” Rizal seperti kaget dan dengan cepat dia keluar dari mobil.
Rizal berlari ke arah taman. Taman yang menjadi tempat impiannya berduaan, bercinta dengan kekasihnya. Itu selalu dikhayalkannya setiap saat sebelum dia memiliki Febe. Dia berhenti dan kini tepat ada di depannya wanita bertubuh indah , berambut panjang yang sudah kuyup. Tubuh indah Febe terbentuk indah karena hujan yang memandikan dirinya malam itu.
“sebentar… ada yang aku lupakan” Rizal kembali ke arah mobil dan membuka pintu kiri mobil. Dia menghidupkan musik, sebuah lagu yang sangat romantis. Lagu berjudul “Menari” dari Maliq menjadi backsound malam itu. Rizal langsung menarik tangan lembut Febe, kini tubuh indah itu sudah menempel di tubuh kekar Rizal. Kedua telapak tangan mereka bersentuhan, jari jemari mereka saling mengisi ruang kosong antara jari. Sambil menari – nari mereka saling menatap. Kini tatapan itu sangat romantis , mereka berdua seperti sedang berada di negeri khayalan. Terbang tinggi dan dikelilingi lampu – lampu taman yang memancarkan cahaya warna kemilau.
“malam ini sangat indah sekali, walaupun hujan dan tak berbintang tapi ini sebuah malam terindah yang pernah aku miliki” Febe kini dalam pelukan hangat Rizal.
“sayang, malam ini memang tak berbintang karena bintangnya ada di mata kamu” Rizal masih tetap berusaha menyajikan kata – kata romantis menghiasi malam itu.
Dengan tersipu – sipu Febe semakin erat dalam pelukan hangat Rizal. Mereka berdua sangat menikmati malam itu. Mereka seperti sedang terhanyut dalam sebuah lautan asmara yang tak terbendung.