Dari pagi, Siti sudah berada di ruang tunggu. Wajahnya tertunduk pasrah. Sesekali ia menyeka air matanya yang mengaliri pipinya. Hatinya sudah porak poranda akibat ulah suaminya, Jono. Ia sebenarnya tak ingin datang ke pengadilan agama, namun karena ia takut kehilangan hak-haknya, maka ia memaksakan diri untuk mengikuti jalannya persidangan.
KEMBALI KE ARTIKEL