Gambar Foto Dan Laporan: Sudirman Asun Miris, itulah perasaan yang makin terasa sewaktu susur makin hari semakin ke hilir. Ciliwung semakin ke hilir semakin terlihat seperti selokan dan tempat sampah besar. Miris karena melihat para penguasa dan pemangku kepentingan yang mempunyai power dan kekuasaan ,tidak membuat suatu kebijakan berarti untuk berusaha melakukan penyelamatan Ciliwung yang sudah kritis. Miris, melihat begitu hebatnya sampah
STYROFOAM dan sampah
kantongan plastik mencemari Ciliwung. Sampah ini hampir menutupi tiap sudut dari Ciliwung, tidak ada yang terlewatkan, dari mulai badan sungai, bantaran hingga yang tersangkut ke pohon pohon pinggir bantaran layaknya hiasan pohon Natal. Sampah
STYROFOAM terbanyak adalah bersumber dari wadah makanan dan wadah dari mie instan, sedangkan
kantongan plastik lebih beragam mulai dari kemasan jajanan anak-anak, kemasan bungkusan mie instan, kantong kresek, karung plastik, bungkusan makanan keluaran industri lainnya. Kemasan STYROFOAM sekarang sedang digemari para produsen makanan baik yang berskala industri maupun penjual kaki lima dengan alasan lebih bersih, murah (harga dibawah Rp 500,-/kemasan)dan praktis. Padahal pemakaian bahan ini sebagai wadah makanan jelas mengancam kesehatan penggunanya dalam jangka panjang karena kandungan bahan beracun di dalamnya, juga bahan ini sangat tidak ramah lingkungan. Dalam foto yang kita ambil juga terekam sampah kemasan STYROFOAM dari salah satu restoran makanan Jepang cepat saji yang baru-baru ini mengklaim dirinya pelopor kemasan ramah lingkungan, stelah mereka menambahkan
OXYUM ke dalam wadah
STYROFOAM produk mereka, mereka mengklaim wadah mereka akan terurai oleh alam dalam jangka waktu 4 tahun. Saya kembali mempertanyakan kinerja
KLH, Kementriaan Industri dan Perdagangan, Kementriaan Kesehatan dan yang terakhir, benteng yang seharusnya bisa membela hak konsumen seperti
YLKI. Susur kali ini merupakan lanjutan dari titik terakhir susur sebelumnya yang dilakukan oleh teman-teman Komunitas Peduli Ciliwung (KPC Bogor) yaitu start dari
bendungan Cibagoloh Sempur Ujung. melewati kelurahan
Bantar Jati,
Tanah Sereal, Pasar Induk Jambu Dua,Kedung Halang, Kedung Badak, Suka Resmi dan berakhir di daerah
Cilebut. Seperti susur-susur sebelumnya, kami masih harus terbiasa memergoki orang yang buang hajat di daerah sungai yang terbuka, setidaknya saya menghitung kepergok 6 warga yang sedang asyiknya melakukan aktivitas penting ini sepanjang susur kemarin. Begitu juga dengan privatisasi dan pencaplokan hak publik atas bantaran sungai terlihat makin menjadi-jadi mulai dari rumah mewah pribadi sampai kompleks perumahan, diantaranya komp perumahan
MY RESIDENT Ceremai di daerah Bantar Jati sampai komp Perumahan yang baru akan dibangun di daerah Suka Resmi yaitu
perumahan Sinar Resmi Grande. Beberapa
gunung sampah dari yang kecil sampai besar dengan ketinggian sampah 10 M, dan lebar sekitar 6-8 M. Gunung sampah terbesar ditemui di kelurahan Kedung Halang dan daerah Cilebut. Pemandangan bagi saya yang cukup menajubkan adalah
pipa intake bahan baku PDAM yang bersebelahan dengan gunung sampah kecil, saya tidak bisa membayangkan bagaimana pihak PDAM bisa melakukan penyedotan air baku Ciliwung dengan kondisi gunung sampah yang terletak langsung disamping bantara pipa penyedotan, walaupun itu dibatasi dengan saringan penghalang. Mudah-mudahan dengan kegiatan susur ini bisa membuka mata kita tentang permasalahan sebenarnya dari Ciliwung, sehingga bisa diambil kebijakan dan penyelesaiaan secepatnya. [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Pemandangan Ciliwung Bantar Jati"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL