[caption id="attachment_105279" align="aligncenter" width="680" caption="Apakah ini pekerjaan sia-sia...?"][/caption] Foto dan tulisan: Sudirman Asun Kata teman-temanku dan tetanggaku, memulung sampah di sungai adalah pekerjaan sia-sia, pekerjaan orang gila dan bodoh.
Apakah mesti begitu...? Sempat terpikir mengiyakan memulung sampah yang tak ada habis-habisnya di sungai adalah pekerjaan orang gila dan bodoh, namun setelah bergaul dengan teman-teman Komunitas Peduli Ciliwung dengan segala kenaifan dan idealisme mereka, aku juga tertular virus "gila" tersebut. Mereka bergerak tampah pamrih setiap hari Sabtu, memulung setiap minggu baik memulung sampah di sungai ,diselang-seling dengan memulung bibit di bawah pohon tua untuk ditanam di bantaran sungai. Sampai kapan virus "gila" ini akan berakhir..? 1 tahun, 2 tahun lagi, atau mungkin 100 tahun lagi Entahlah, tidak ada yang tahu, yang jelas mereka akan terus bergerak menularkan virus-virus ini ke banyak tempat yang lain. Mungkin aku juga berharap virus ini imun dan kuat, tak akan pernah hilang, dan malah mewabah menjadi epidemi yang dirindukan sebuah masyarakat yang "sehat".
Berikut adalah kronologi tertularnya aku juga akan virus "gila" tersebut 14 Maret 2011 Ulang tahun Komunitas Peduli Ciliwung Bogor yg ke-2 , selamatan dilakukan lebih awal yaitu Sabtu 12 Maret karena disesuiakan dengan jadwal mulung para Laskar Karung yang biasa diadakan setiap hari Sabtu. Acara selamatan diadakan di tepian Ciliwung di Perumahan Kedung Badak Baru (seberang intake PDAM Tirta Kahuripan), dimulai jam 8 pagi dengan mulung sampah selama 2 jam, sampah yang dikumpulkan hanya sampah anorganik berupa sampah kemasan plastik, botol beling, STYROFOAM, kain, sepatu hingga bekas mainan anak-anak. Jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan lumayan banyak, meskipun hampir setiap minggu diadakan acara mulung sampah, seperti pekerjaaan "menguras air laut" yang terkesan sia-sia dan bodoh ataupun seringkali dianggap gila oleh orang lain. Hanya idealisme dan tekad dari para laskar karung yg membuat mereka bertahan dengan segala keterbatasan daripada cuman berkeluh kesah dengan kondisi sungai kita yg buruk. Setidaknya mereka telah berhasil membuat malu para pembuang sampah di sungai maupun para pejabat yang berwewenang yang tidak menjalankan tugas mereka dengan semestinya. Setidaknya para pembuang sampah di sungai akan urung melakukan niatnya jika berpapasan dengan teman-teman laskar karung yang lagi mulung sampah. Acara berlanjut dengan lomba mengumpulkan biota sungai yang bisa menjadi bio indikator pencemaran air sungai, dipandu oleh teman-teman mahasiswa IPB yang juga melakukan studi pencemaran air sungai. Dengan bantuaan tabel penghitungan sampel biota yang berhasil di kumpulkan di habitat sungai, lomba yang berhadiah kaos KPC " yang belum jadi" ini diikuti dengan sangat antusias oleh para peserta. Biota yang berhasil dikumpulkan antara lain, larva serangga, lintah, cacing sutra, kepiting sungai, mimfa serangga air, dan berbagai jenis ikan seperti ikan weder, sapu-sapu. Disini kita diajarkan bagaimana cara pengukuran tingkat pencemaran dengan bantuaan tabel, dari jenis-jenis dan banyaknya species biota sungai yang berhasil kami kumpulkan di habitat sungai tersebut. Diharapkan acara yang sedemikiaan menarik ini, ke depannya bisa melibatkan anak-anak sekolah, dengan harapan mereka boleh belajar dan mencintai sungai mereka. Pas jam makan siang, acara berlanjut dengan pemotongan tumpeng dan flashback kembali perjalanan KPC Bogor menapak setahun demi setahun dengan segala cemohan dan dianggap gila, serta keterbatasan waktu dan tenaga mereka yg rata-rata memang adalah mahasiswa dan anak muda yang sibuki dengan kegiatan rutinitas tugas kuliahan. Selesai makan siang acara berlanjut dengan penanaman pohon di bantaran, serta acara bebas, ngopi , ngobrol dan diskusi di bantaran sungai yg rindang, asyik dan nikmatnya hidup bisa bercengkrama di tepi sungai yg telah dibersihkan. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Ciliwung Rusak Hidup Blangsak."][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL