“Nang, yang penting saat ini kamu harus pulang. Ibumu benar-benar sakit dan butuh kehadiranmu itu. Om ngerti apa yang kamu pikirkan, tapi ayolah kamu buang dulu harga dirimu dan keangkuhan itu. Pulanglah Nang, coba cairkan kebekuan hati bapakmu,” om Afandi menepuk-nepuk bahuku mencoba encairkan kebekuan hatiku.