Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Katanya sih, "Fisika itu Sulit"

3 Juni 2012   01:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:37 5409 1
  1. Sarana belajar seperti buku teks fisika tidak memadai. Buku-buku pelajaran fisika yang bagus masih sulit ditemukan di sekolah-sekolah. Beruntunglah sekolah-sekolah di perkotaan yang memiliki perpustakaan lengkap. Tetapi, semoga dengan adanya Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang disediakan Kemdiknas bisa mengatasi masalah ini.
  2. Gaya guru fisika dalam mengajar. Gaya mengajar guru disinyalir juga banyak memberikan pengaruh terhadap kecintaan siswa kepada pelajaran fisika. Banyak siswa tidak menyukai fisika hanya gara-gara guru fisikanya dianggap tidak bisa mengajar. Ada guru fisika yang ketika masuk kelas langsung menyodorkan segudang rumus-rumus rumit yang tentu saja menjejali kepala siswa, padahal konsep materi belum disampaikan dengan tepat. Atau guru fisika masih pelit memberi motivasi akan penting dan bermanfaatnya mempelajari fisika. Ini tantangan berat buat guru-guru fisika, bagaimana membuat dirinya disukai oleh murid-muridnya.
  3. Guru Fisika jarang melakukan praktikum. Fisika adalah bagian tidak terpisahkan dari ilmu pengetahuan alam (IPA). Hakeket ilmu IPA itu sendiri adalah ilmu tentang alam yang memuat konsep, prinsip, proses, dan produk. Melalui kegiatan ilmiah berupa percobaan, maka siswa akan merasa terlibat dalam proses IPA itu sendiri. Dari proses itu akan melahirkan produk berupa rumus-rumus, aksioma, hukum, postulat, dan sejenisnya. Sementara, jika guru hanya mengajarkan rumus, maka itu hanyalah produk. Tidak ada bedanya dengan ilmu metematika. Kemalasan guru fisika untuk melakukan praktikum akan semakin menjauhkan siswa dari menyukai fisika yang sebenarnya penuh daya tarik.
  4. Guru jarang menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Umumnya guru-guru masih menyukai metode ceramah. Metode ini dianggap paling mudah, murah, dan paling santai. Sejatinya agar menarik siswa, beragam variasi mengajar harus dicoba oleh guru. Diantaranya: metode ceramah, diskusi, cooperative learning seperti Jig Saw, Think Pair Share, Snow Ball, demonstrasi, karya wisata, portofolio, percobaan, dll. Memang tidak ada jaminan beragam metode akan bisa meningkatkan hasil belajar. Tetapi menggunakan metode ceramah an sich, seolah-olah guru adalah malaikat yang serba bisa dan muridnya hanyalah seperti gelas kosong yang diisi begitu saja (teacher centered). Padahal, untuk saat ini sudah saatnya siswa harus dilibatkan dalam proses pembelajaran. Siswa justru harus aktif membangun sendiri ilmu pengetahuannya, seperti dalam teori belajar constructivisme. Pola teacher center (berpusat kepada guru) harus diubah menjadi student center (berpusat kepada siswa).
  5. Guru Fisika tidak menguasai komputer (TBC = tidak bisa computer). Komputer memang bukan segalanya dalam pembelajaran, tetapi guru di zaman modern ini tentu saja sudah wajib menguasai komputer. Dengan bantuan komputer, banyak materi fisika yang bisa diajarkan dengan bantuan komputer (computer based learning). Saat ini sudah mulai diperkenalkan animasi pembelajaran dari Pustekkom Kemdiknas. Melalui website www.e-dukasi.net, dengan mudahnya para guru bisa mengunduh animasi pembelajaran secara gratis. Di internet saat ini, bertebaran materi fisika yang dipaket dalam bentuk animasi. Penulis sendiri banyak dibantu oleh software PhET (Physics Education Technology) buatan Universitas Colorado di Amrik sana. Dengan software ini, banyak materi abstrak di fisika bisa kita ajarkan dengan mudah dan tentu saja sangat menarik. Setiap kali saya menggunakan software ini, siswa saya selalu antusias memperhatikannya. Dalam hati saya berfikir, "murid saya sudah mulai menyukai fisika nih". Bukankah itu kemauan kita sebagai pengajar.
  6. Guru masih senang cara lama. Untuk belajar fisika diperlukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Untuk level pemula, sebaiknya guru fisika memberikan materi Fisika Gasing, karya Prof. Yohannes Surya. Guru fisika perlu mencoba banyak media seperti kapur tulis, papan white board, charta, peta konsep (mind map), komputer dengan LCD, Zenius Pad, metode permainan, dll. Semua itu diharapkan bisa mengaktifkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun