Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Pak SBY! Aku mau Bunuh Diri Saja

4 Maret 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30 560 0

Membaca berita perihal bunuh diri sang Ibu dan anak di atas, tentu saja membuat hati kita perih dan kasihan. Ya, gara-gara masalah ekonomi, rupanya sang Ibu lebih memilih jalan pintas. Mungkin menurut pikiran sederhananya, dengan cara itu semua masalah rumah tangga dan kesulitan ekonomi yang menderanya bisa hilang seketika. Na'udzubillah min zalika.

Sang ibu, mungkin hanyalah seorang wanita desa biasa yang memiliki pikiran sederhana saja dalam hidupnya. Jika kebutuhan makan dan minum sehari-harinya sudah terpenuhi oleh kewajiban sang suami, cukuplah bahagia hidupnya. Dia mungkin tidak pernah bermimpi yang muluk-muluk seperti memimpikan punya rumah mewah, punya kendaraan sendiri, apalagi punya pesawat pribadi seperti Presiden SBY yang seharga Rp. 900 Miliar, yang dengan uang sebesar itu bisa membangun 4.500 sekolah atau bisa memberi makan 600.000 orang selama sebulan (asumsi biaya makan per hari Rp. 50.000,-). Atau mungkin sang Ibu akan sangat senang jika anaknya cukup makan 3 kali sehari dan bisa bersekolah sampai perguruan tinggi.

Angka Kemiskinan di Indonesia Berkurang?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang (12,36 persen), turun 0,13 juta orang (0,13 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen).

(www.bps.go.id , 2 Januari 2012).

BPS juga mencatat, bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan dengan tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,7 persen dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,4 persen. Sementara PDB (tidak termasuk migas) tahun 2011 tumbuh 6,9 persen.

Jika kita membaca data-data angka statistik di atas, mungkin kita merasakan ada kemajuan ekonomi Indonesia. Dan angka statistik inilah yang dipegang oleh Presiden untuk membayangkan "seberapa besar jumlah penduduk Indonesia yang miskin" dan harus bagaimana pembangunan di Indonesia dilakukan. Tapi apakah kita percaya begitu saja dengan angka-angka di atas kertas itu? Sementara fakta berkata lain?.

Hujan Emas di negeri orang lebih baik dari hujan batu di negeri sendiri?

Kalau kita lihat fakta di masyarakat, masih banyak rakyat Indonesia yang menggantungkan nasibnya dari hasil menjadi TKI dan TKW. Ya, mereka bisa hidup dan membangun rumah sederhana setelah mereka banting tulang bahkan menjaminkan nyawa mereka di negeri Jiran Malaysia atau Saudi Arabia.

Bahkan sebagian besar laki-laki di pedesaan saat ini merantau ke luar negeri untuk bisa tetap menghidupi keluarga mereka di desa. Mereka sudah tidak percaya lagi dengan slogan-slogan basi seperti: "Indonesia Kaya Raya", "Negeri makmur gemah ripah loh jinawi", "Indonesia tetesan surga", dan sebagainya.

Menurut mereka, kalimat-kalimat seperti itu hanya ada dalam pelajaran sejarah atau geografi. Tetapi faktanya sangat kontradiktif dengan apa yang mereka alami.

Kembali ke masalah bunuh diri ibu dan anak di atas, itulah gambaran realitas rakyat di Indonesia. Pemerintah selalu mengklaim bahwa kemiskinan sudah bisa teratasi, padahal rakyatnya banyak yang memilih bunuh diri karena alasan ekonomi. Mungkin saja dalam hati mereka ada yang pernah berkata,

"Wahai pak SBY presidenku, perutku lapar sekali. Sehari penuh aku tidak makan. Dengarkan wasiatku: "Pak SBY, Daripada aku susah begini, lebih baik aku bunuh diri saja sehingga aku ramai menjadi berita. Aku rakyatmu. Salam hormatku dari rakyatmu yang miskin ini. Sampai jumpa di akhirat kelak. Ini urusan kita berdua dengan Yang Kuasa".

Rujukan:

  • www.republika.co.id
  • www.bps.go.id
  • www.images.google.com
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun