Rombongan kami meluncur ke TKP yakni ke Pantai Cemara tepat pukul 11.00 wita. Berangkat memang agak siang karena harus menyiapkan segala tetek bengek konsumsi, harus nyembelih 4 ekor ayam dulu, harus membedah ikan-ikan sampai bersih, harus merebus kangkung, sampai sekecil-kecilnya seperti penusuk ikan dan bahan-bahan untuk bikin sambal terasi, dlsb.Perjalanan 30 menit cukup melelahkan karena medannya berkelok-kelok. Tapi untunglah jalannya sudah di-hotmix sehingga Feroza yang saya tumpangi, Xenia dan Avanza yang membawa rombongan keluarga bahagia ini dengan mulus sampai tujuan.
Tibalah kami di Pantai Cemara. Kami disambut oleh pohon-pohon cemara yang melambai-lambai diterpa angin laut yang sangat kencang. Biasa lah di bulan Desember memang angin Timur dari Australia mulai menakut-nakuti para nelayan agar tidak turun ke laut.
Kami yang laki-laki mulai mengumpulkan ranting-ranting cemara dan tempurung kelapa yang sudah kering. Maklumlah ikan-ikan mentah dan ayam yang kami bawa siap dipanggang di atas api yang membara. Tapi sayang angin begitu kencang sehingga api sering padam. Beruntunglah pak Muharman segera mengambil alih pemanggangan sehingga semua acara pemanggangan berjalan lancar. Dan akhirnya acara penutupan adalah santap siang dengan ikan bakar guruh, ditambah ayam panggang dengan pecel lontong. Tidak kalah nikmatnya dengan menu kulinernya Farah Quinn di TransTV. Semoga saja Farah Quinn membaca reportase acara kuliner ini dan mau jalan-jalan ke sini.
Setelah semua anggota rombongan merasa kenyang termasuk anak-anak yang banyak menghiasi acara ini, kami bergerak menuju Pantai Kaliantan (pantai yang menjadi pusat ritual bau Nyale di bulan Pebruari dan Maret). Kami wudhu dan sholat di sekitar Danau Air Tawar Bedah Embung, dan selanjutnya mencari tempat bernaung di sekitar pantai. Pantai ini tampak berwarna biru kehijauan membuat mata yang memandangnya ingin mandi saja.