Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ki Hajar Dewantara dengan Filosofi Patrap Triloka

20 November 2021   09:33 Diperbarui: 20 November 2021   09:41 14368 6
         Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang sejak tahun 1992 di kenal dengan dengan Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia. Kemudian kelahiran beliau diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau mencetus asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Bagian dari semboyan beliau yaitu Tut wuri handayani dijadikan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasioanal Indonesia. Ketiga semboyan ciptaan beliau seolah-olah tak lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih kontekstual dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi.        Di era globalisasi dan perkembangan teknologi digital sekarang ini peran guru sebagai pemimpin pembelajaran betul-betul di tuntut agar mampu mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia . Guru tidak lagi berperan sebagai orang yang lebih tahu dari siswa sebagaimana tempo dulu, tapi guru diharuskan mampu menjalin kolaborasi dengan siswa  dalam proses pembelajaran karena kehadiran teknologi digital sekarang ini semua informasi dapat diakses oleh siapa saja tanpa ada batas melalui jaringan internet.

        Kaitannya dengan hal tersebut, maka di era gital sekarang ini seorang guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada patrap triloka yaitu mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki murid sesuai dengan kodrat zamannya.

        Sebagai seorang guru, baik atau tidak karakternya, guru memang sudah dipandang sebagai seorang yang diteladani di tengah masyarakat oleh karena itu pembentukan nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memilki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

        Untuk memudah seorang guru dalam pengambilan keputusan yang tepat yaitu keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman seorang guru harus memilki kemampuan coaching (pembimbingan). Salah satu model coaching yang mudah untuk dipahami dan dijalankan adalah coaching model TIRTa yaitu salah satu model coaching yang dikembangkan untuk dapat membantu seorang guru atau coach dalam menuntun murid menemukan potensi yang dimilikinya dengan memanfaat komunikasi positif melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Coaching model TIRTA itu sendiri adalah Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan TAnggung jawab. guru agar mampu mengembangkan coaching model ini tentunya memiliki kemampuan komunikasi efektif sehingga mampu mengembangkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mampu menuntun murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. melalui coaching pengambilan keputusan yang telah diambil dapat direfleksikan kembali sehingga menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid kita.

        Setiap keputusan yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran haruslah mengacu pada nilai-nilai kebaikan dengan menjiwai tiga semboyan yang dicetuskan oleh KHD tentang  asas-asas pendidikan, karena guru adalah sosok yang diteladani oleh murid dan masyarakat sehingga suka ataupun tidak  guru harus memantaskan diri untuk  bisa digugu dan ditiru dengan berupaya membentuk nilai-nilai kebaikan dalam dirinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun