Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Misteri Surat Kaleng di Negeri Ngotjoleria

13 Desember 2009   05:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 663 0
Hari sudah tengah malam di negeri Ngotjoleria namun sang Baginda Asa masih mondar-mandir diruang kerjanya. Sementara para menteri kabinetnya sebagian sudah terlelap diperaduan, sebagian lagi sedang dugem menemani Permaisuri Inge.

Saat ini sang Baginda ditemani oleh Pancaksara yang konon punya nama lain Prapanca. Pancaksara ini seorang yang tidak jelas asal usulnya. Orang ini muncul begitu saja di negeri Ngotjoleria ketika sang Baginda Asa bermaksud membuat susunan kabinetnya. Ada yang mengatakan bahwa Pancaksara adalah turunan dari Mpu Prapanca, seorang jurnalis dari berabad-abad lalu yang membuat Pararaton dan Kakawin Desa Warnana atau Nagara Krtagama. Namun ada pula yang mengatakan kalau Pancaksara adalah Mpu Prapanca sendiri yang pernah tercebur diramuan Panjang Jiwo ketika sedang mengunjungi sebuah pabrik jamu.

Meskipun sang Baginda sering kesal dengan orang ini yang selalu datang dan pergi seenak jidatnya sendiri namun beliau amat berterimakasih terhadap orang ini. Berkat Pancaksara, Baginda ASA bisa belajar dari sejarah. Pertama, Baginda bisa meredam ambisi Ken Arok untuk menjadi raja dengan menempatkannya sebagai Perdana Menteri sehingga bisa dengan mudah dipantau gerak-geriknya dengan menugaskan kepala BIN, Black Gerry. Kedua, menolak keturunan Raden Wijaya yang dipanggil Om Jay yang meminta posisi sebagai Menteri Perumahan Rakyat agar tidak membuka dan membuat kerajaan sendiri. Untuk itu Baginda menempatkan Om Jay sebagai Menteri Pendidikan. Akhirnya Baginda berhasil menempatkan orang-orang yang tepat untuk susunan kabinetnya. Sempat juga ada protes dari tamu dari negeri Fabel karena Baginda menghimbau para anggota kabinet serta para undangan untuk belajar dari sejarah agar tidak seperti Keledai yang tercebur dua kali saat pidato pelantikan anggota Kabinet.

Sang Baginda terus mondar-mandir diruang kerjanya karena sedang pusing dan sakit kepala. Pusing karena sang Baginda beserta para anggota kabinet sering menerima surat dengan identitas yang tidak jelas. Sakit kepala karena surat itu dikirim dengan kaleng yang dilemparkan entah dari mana sehingga beberapa kali mengenai Kepala Sang Baginda. Rupanya Baginda ASA belum secanggih pemimpin dari negeri seberang lautan bisa menghindar dari lemparan sepatu. Akibat ulah pengirim surat kaleng ini para anggota kabinetnya sering dibuat jengkel bahkan beberapa menterinya kena hipertensi. Hal ini benar-benar membuat resah sang Baginda. Apalagi ketika anggota kabinet kesayangannya, Waperdam Firman Seponada yang sering asal ngotjol, datang mengadu.

Tak tahan dengan pusing dan sakit kepala yang sudah memuncak, Baginda ASA lalu memerintahkan Dudi Rustandi, ajudan merangkap tukang taman, untuk memeriksa apakah sang Ayahanda masih terjaga karena sang Baginda ingin berkonsultasi. Namun karena sudah pusing, sang Baginda sendiri lupa belajar dari sejarah kalau si Dudi ini suka salah sambung. Akibatnya sang ajudan merangkap tukang taman itu justru datang dengan Menteri Perekonomian, Umar Hapsoro, yang sedang konsultasi dengan Ayahanda tentang korupsi di negeri tetangga. Jengkel dengan ulah sang ajudan maka sang Baginda melangkahkan kaki keluar ruangan untuk langsung saja menghadap sang Ayahanda tanpa mengabarinya terlebih dahulu.

Baru saja beliau sampai dipintu ruangan kerjanya Pancaksara menegurnya, "mohon maaf Baginda, sebaiknya tunda dulu niat Baginda untuk menghadap Ayahanda". "Sebaiknya kita coba atasi dulu masalah ini dengan para anggota kabinet, karena meskipun ngotjol semua tapi mereka merupakan pembantu Baginda yang bisa diandalkan" lanjut Pancaksara.
"Kalau begitu kita panggil dan kumpulkan para staf kabinet sekarang juga" sahut sang Baginda.
Namun Pancaksara menyanggah lagi, "Sekali lagi mohon maaf Baginda, berhubung komputer sedang ngadat maka saya mencatat kejadian ini dengan menggunakan notebook".
"Lalu ?" tanya sang Baginda.
"Notebooknya sudah lowbatt Baginda, dan tadi karena terburu-buru mau dugem Permaisuri Inge salah membawa charger notebook bukan charger BB Badai milik Permaisuri" Jawab Pancaksara.
"Tidak usah dicatat kalau begitu" kata sang Baginda.
"Tidak bisa Baginda ini semua harus saya tuliskan, karena selain berguna kalau tiba-tiba Dewan Perngocolan Rakyat ingin membongkar kasus ini, juga kalau tidak saya tulis tidak ada kisah tentang misteri surat kaleng ini" kata Pancaksara sambil terburu-buru karena indikator baterai notebooknya sudah berkedip-kedip.
"Ya sudah kalau begitu, besok panggil semua staf kabinet untuk berkumpul" sahut sang Baginda sambil berlalu tanpa curiga kenapa charger BB Permaisuri Inge bisa tertukar dengan charger notebook Pancaksara.

catatan :
Pararaton : Catatan silsilah raja-raja mulai dari Singosari sampai Majapahit.
Kakawin Desa Warnana atau Negara Krtagama : Kisah tentang jaman keemasan Kerajaan Majapahit

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun