Dan kutemui engkau yang berbalut lembaran merah jambu, memercik api cinta pada pandangan paling pertama di pagi hari yang juga dingin
Kan kucumbu embun yang telanjang bulat dan kupetik kembang-kembang segar pengharum jiwa dalam nuansa suka cita
Kala itu nanti,
Dan saat sekarang yang masih beradu otot dengan kerasnya idealisme
Segalanya berawal dari titik di mana kau dan aku bertemu pada sebuah tumpu yang linear,
Dan angka nol besar di garis putih penanda waktu yang mulai terhitung mundur, bertalu bersama lonceng yang berbunyi sedemikian rupa
Ah, mungkin Kamis depannya lagi.