Selain mensosialisasikan sistem pertanian cerdas iklim, Syukur Tanri juga mengajarkan tentang cara-cara membuat pestisida nabati kepada 30 petani yang tergabung dalam kelompok tani Waesullue dengan menggunakan bahan-bahan lokal yang banyak tersedia disekitar kita.
Pestisida nabati dapat dibuat dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainnya yang dianggap mampu mengendalikan serangan hama pada tanaman. Karna tidak ada kandungan kimianya, maka pestisida nabati menjadi pestisida ramah lingkungan.
"Dengan tingginya harga sebuah pestisida kimia, menjadikan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani akan semakin besar. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada pemdapatan yang diterima petani pada saat panen." kata Syukur.
Kegiatan pelatihan tentang cara membuat pestisida nabati ini disambut dengan sangat antusias oleh para peserta. Pelatihan ini selain dapat menambah wawasan bagi petani, penggunaan pestisida nabati juga akan menekan biaya pengeluarannya.
Salah satu peserta pelatihan yang ditemui dilokasi mengatakan, harga pestisida kimia dalam setiap musim tanam, akan selalu naik bahkan ada pestisida jenis tertentu yang kenaikannya mencapai 100%.
"Setiap musim turun sawah, harga pestisida kimia selalu mengalami kenaikan, bahkan ada yang naiknya hingga 100%," katanya, "tentunya hal ini akan semakin menyengsarakan petani."
Selain mengeluhkan harga pestisida kimia yang semakin hari semakin tinggi, petani juga dibuat resah dengan kurangnya pupuk bersubsidi pada tingkat pengecer terutama pupuk bersubsidi dengan jenis Phonska.
Turut hadir dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lanrisang Fatmawati, Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Barang Palie Rapiuddin, dan beberapa staf dari Bidang Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pinrang