Pertama kali ke Irian Jaya (sebutan untuk Papua tahun 1983) adalah ketika transit di Biak. Aku dan kakakku saat sementara duduk di ruang tunggu ada seorang bapak bertanya mau ke mana, dik? Kakakku menjawab mau ke Irian. Jawaban itu balakangan baru terasa lucu setelah belajar peta buta. Dari Biak, aku, 3 saudaraku, juga kedua orangtuaku menuju Jayapura. Dalam perjalanan dari Bandara Sentani menuju rumah dinas ayahku di jalan Nirwana, keindahan yang aku lihat dari atas pesawat menjadi semakin dekat. Dulu Jayapura belumlah seramai sekarang, apalagi Sentani. Ayahku tentara angkatan darat. Kami anak-anak beliau harus rela ikut dari ikut satu dengan kota lain. Begitu direncanakan kami akan pindah ke Irian, sebagai anak SD kelas V, tanggapanku saat itu bercampur aduk. Aku masih ingat, dalam berlembar-lembar buku harianku aku menulis “I love Irian Jaya” yang menunjukkan saat itu aku begitu senang pindah ke Irian. Pindah dalam benakku adalah sebuah petualangan seru saat itu.