Tempat ini tempat hina. Tempat keluar-masuknya para pendosa. Yang hitam dan yang putih pun tampak jelas manakala si pesakitan berdiri bersamaan dengan para penjaga. Apalagi jika duduk dengan para pendatang yang membawa beragam kepuasan. Kepuasan perut yang sudah lama terisi hanya oleh beras bercampur kutu dan batu, yang selalu digelar di atas lantai berwarna abu-abu dan sudah sangat bau. Dinding-dinding kotor ratusan tahun tempat mencurahkan rasa malu yang terlanjur berlaku. Namun tak semuanya seperti itu, bagian depan tempat ini adalah tempatnya para penghuni dan penjaga memainkan sandiwara. Hanya suara-suara yang tersiksa yang akan terbawa keluar namun terkubur oleh rasa lupa. Rasa lupa bahwa mereka pun sebenarnya manusia walaupun begitu berdosa.
KEMBALI KE ARTIKEL