Namaku Tero, lengkapnya sih Watero. Sebuah nama sederhana namun aku sangat bangga karena itu nama yang diberikan ke dua orang tuaku. Usiaku sekarang sudah mencapai kepala empat, tidak muda lagi. Aku telah berkeluarga. Isteriku bernama Wateri. Loh kok mirip? itu pun bukannya kebetulan, sudah jodohnya, sudah ada yang mengatur. Malah jadi bagus dan seimbang serta indah. "Yang Berbahagia Watero dan Wateri" demikian yang tertulis dalam surat undangan berwarna merah muda bermotifkan ukiran bunga yang sederhana sekitar dua puluh tahun yang lalu.
KEMBALI KE ARTIKEL