Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Prahara Sang Pujangga

31 Januari 2011   10:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 41 0
Tok tok.
Gedornya pelan.
Menyelinap getarnya.
Hadirnya merasuk hangat ke relung kosong.

Asmara pun tiba.
Tertangkap!

Balasnya,
Pakai otak!

Dijawab,
Sungguh inilah siklus.
Tiada padanya keraguan,
Tak dimilikinya kuasa menahan.

Terpingkal berbicaralah lagi,
Pikir kecil pikir besarmu.
Kecil tiada cukup.
Besarmu siapa pahami?

Seonggok batu kali ini bicara.
Pecah bekunya. Mulai menerawang, membaca, menulis, lalu bertutur.
Ikhlas.
Kini terberi semua empunyaku.
Punyailah yang ku punya, tak kumiliki milikku.

Siapa gerangan aku menuntut?
Kuncup, kembang, dan layu di tanganmu.
Yang ku ada hanya aku.

Teratas semuanya, yang jadi haknya harusnya hakku.
Itu dulu. Kini, kewajibanku.

Tentukan.

Tok tok.
Genderang langkahnya sunyi.
Merangsek lembut.
Jiwanya cair lewat dingin.

Hingga nanti angin semilir, mengisi kantung air,
Yang bahkan samudera pun tak cukup penuhi.
Nanti.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun