Sore itu, taman istana menjadi saksi akan bunga-bunga yang bermekaran dari kedua sejoli
"Terima kasih Permaisuriku, terima kasih karena kau sudah bersedia untuk memilihku" Sang Raja mencium pucuk tangan Permaisurinya dengan penuh kasih sayang
"Aku yang seharusnya bersyukur karena kau memilihku untuk mendampingimu seumur hidup" Permaisuri tersenyum manis. Rasanya senja kali ini akan kalah dengan senyum Sang Permaisuri yang semanis madu
Permaisuri dulu memang tidak tertarik dengan Raja. Pernikahannya semula memang merupakan perjodohan antara kerajaan yang sekarang dipimpin Raja dengan kerajaannya yang terletak di utara. Ayahnya bilang bahwa pernikahan ini akan membawa keuntungan bagi masing-masing pihak kerajaan. Permaisuri kala itu menyetujui dengan syarat bahwa ia harus mengenal sosok Raja terlebih dahulu. Ayahnya memang tahu bahwa putrinya memang tak dapat menolak keinginannya.
Menurut Permaisuri, Raja merupakan sosok yang mungkin tidak dikategorikan tampan secara wajahnya, tetapi ia sangat menyukai perjuangan dan kegigihan hati Raja untuk mendapatkannya. Waktu itu, Raja memberikan perhiasan berton-ton banyaknya untuk kerajaan Permaisuri. Bukti cinta katanya.
Ia juga selalu bersikap manis dan sopan dalam memperlakukan Permaisuri yang akhirnya membuat ia luluh bukan main.
Raja tadi siang berkata bahwa ia akan memberikan hadiah untuk Permaisuri pada sore ini. Memang tak munafik, Permaisuri sangat menyukai barang-barang mewah. Ia membayangkan hal-hal menyenangkan di benaknya
"Ini yang aku janjikan padamu. Mungkin kali ini agak sedikit berbeda, tapi coba kau lihat dulu"
"Mawar merah?"
Permaisuri memperhatikan lekat-lekat barang yang diberikan Raja untuknya. Bukan sepeti bayangannya. Memang, Â setangkai mawar merah ini tampak sangat cantik, dibalut kotak yang indah pula. Permaisuri berpikir mungkin Raja ingin menunjukkan sisi romantisnya pada lain hal
"Betul. Lambang cinta sejati, kau tahu?. Aku mau kau membukanya"
Secara cepat dan tidak hati-hati, Permaisuri mengambil bunganya. Maka, tertusuklah sedikit ia pada duri dari batang bunga itu. Ia bahkan baru sadar kalau bunga itu masih menyisakan duri walaupun sebagian besar telah dipangkas. Permaisuri mengaduh kesakitan dan kaget, darah keluar sedikit dari jarinya dan meninggalkan jejak pada duri bunga
"Bagaimana? Apa kau suka?"
Sorot mata Raja berubah dari biasanya. Ia kemudian menusukkan jarinya sedikit ke arah duri yang menusuk permaisuri tadi
"Aku mencintaimu wahai Permaisuriku"
Permaisuri mendadak pusing dan rasanya seperti ada suara yang berbisik pada dirinya, seperti sebuah mantra.
"Kau merupakan seseorang yang tidak pernah berhati-hati. Maka akupun tidak menyuruhmu berhati-hati dalam mengambil tangkai bunga tadi"
"Apa maksudmu?!"
"Kau beruntung karena aku memang sangat mencintaimu. Maka aku ikat kau dalam mantra ini agar kita dapat bersama setidaknya sampai maut memisahkan kita"
Kepala permaisuri semakin pusing. Rasanya ia tidak kuat lagi dan ingin pingsan. Niatnya ingin berlari tetapi rasanya ia tak bisa lepas dari Raja saat ini. Seperti ada sesuatu yang menahannya
"Aku selalu melapalkan mantra dalam setiap hal yang kuberikan padamu. Maka aku rasa itu sebabnya kau mau denganku. Kau juga ceroboh, tidak pernah bertanya apapun padaku, melainkan hanya menerima"
Seketika Permaisuri tumbang. Raja hanya tersenyum.
"Besok kau akan selalu menuruti perintahku. Aku mencintaimu wahai Permaisuriku"