Simaklah reaksi para politisi kita, birokrat, termasuk penegak hukum kita dalam kasus Bank Century , pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Banjaran, serta gonjang-ganjing kasus mafia pajak dan mafia peradilan. Adakah kita menyaksikan sosok yang suka bersilat kata, mengaburkan informasi dengan permainan kata bersayap, yang dibungkus dengan penampilan smart dan jargon-jargon yang canggih.
Littlejohn (2009) menjelaskan fenomena berbohong tingkat tinggi dengan mengutip Judee Burgon berikut:
"Para pemasar telah lama mengetahui dan para politikus serkarang menerapkannya, pentingya menambahkan dugaan yang cukup rendah, sehingga Anda dapat menyimpangkannya secara positif. Penyimpangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang negative. ..Triknya adalah dengan memastikan bahwa Anda cukup dihormati untuk memenuhi persyaratan sebagai pelaku komunikasi yang sangat menyenangkan, sehinggga Anda dapat menyimpangkan dugaan dengan aman..."
Kebohongan, dalam arti berbohong dan dibohongi, adalah pengalaman sangat umum interaksi kita sehari-hari. Sedemikian, sehingg kita mempunyai banyak sekali istilah yang sepadan. Berbohong adalah tindakan berdalih, berhelat, berkilah, berlik, berpura-pura, membohong, membual, mencari-cari ala an, mendusta, mengada-ada, mengarut. (Tesaurus Bahasa Indonesia].
Ada kecenderungan sikap permissive pada prilaku kebohongan, terutama di tingkat personal karena dianggap tidak berdampak sosial secara nyata. Tetapi, dalam tataran elite,"kebohongan" jauh lebih kompleks. Kepiawaian dan kecanggian cara berbohong kaum elite sesungguhnya suatu kejahatan, karena selain berdampak luas juga mencederai kepercayaan publik.