Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Apa Makna Sebuah Foto Wisuda Bagimu?

13 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 13 Oktober 2022   09:22 1378 3
Pertanyaan ini muncul di benak saya, ketika mencermati gunjingan di media sosial seminggu terakhir, perihal keaslian dokumen tanda lulus Perguruan Tinggi Presiden RI, Joko Widodo. Ada pihak yang mempertanyakan atau meragukan kebenaran status Presiden sebagai lulusan Universitas Gajah Mada.

Secara pribadi saya tidak tertarik untuk ikut menyetujui keraguan atau membela kebenaran bincangan viral ini. Tapi saya coba fokus pada jalan pembuktian yang dirujuk oleh para komentator media sosial itu.

Setidaknya ada dua jalan pembuktian yang diminta oleh para peragu kepada Jokowi atau para pembelanya. Pertama, menunjukkan ijazah asli. Kedua, menunjukkan foto wisuda. Nah, di sinilah saya tergelitik. Kok rasanya saya ingin ikut berkomentar; sedikit saja. Meski tujuan komentar saya bukan pada persoalan ragu atau tidak.

Foto Wisuda

Saya mencoba untuk merujuk pada pengalaman pribadi. Saya menyelesaikan pendidikan strata satu dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara. Masuk tahun 2007 dan selesai pada 2011.

Sejak awal masuk kuliah, saya sudah tahu bahwa kampus saya ini tidak mewajibkan para mahasiswanya untuk ikut wisuda sebagai tanda lulus kuliah. Seremonial itu pun tidak diadakan setiap tahun. Biasanya wisuda diadakan tiga atau empat tahun sekali. Peserta wisuda adalah mahasiswa yang sudah menyelesaikan ujian skripsi dan ujian komprehensif, dihitung dari kali terakhir seremoni wisuda diadakan.

Tahun 2011 ketika saya tamat, STF Driyarkara tidak menggelar wisuda. Upacara tanda lulus itu baru diadakan pada 2014. Waktu itu, saya ditanyai pihak kampus, apakah ingin mengikuti wisuda? Tentu saja saya memilih untuk tidak ikut. Saya merasa tidak membutuhkan acara seremonial itu.

Apresiasi untuk perjuangan studi selama empat tahun, bagi saya, cukup dengan semangkok mie ayam atau sepiring siomai di depan kampus, bersama orang-orang yang patut dan pantas saya ajak makan. Sesimpel itu.

Mungkin kamu bertanya, lalu bagaimana mendapatkan ijazah dan transkrip nilai. STF Driyarkara membuat proses ini dengan sangat mudah. Pernyataan lulus sudah diberitahu saat selesai ujian skripsi dan ujian koprehensif.

Artinya, kalau selesai ujian dan kamu diberitahu bahwa kamu lulus, ya berarti lulus. Tinggal minta surat keterangan lulus ke Sekretariat. Di Sekretariat juga akan diberitahu perkiraan kapan kita bisa datang lagi ke kampus untuk mengambil ijazah dan transkrip nilai. Kalau masih ada tunggakan keuangan, sekalian dilunasi.

Jadi, saya yang sejak awal memilih untuk tidak ikut wisuda otomatis tidak punya foto wisuda. Saya tidak punya dokumentasi diri dengan topi dan jubah hitam. Maka, saya tidak harus membayar uang wisuda yang biasanya mencapai sejuta untuk acara seremonial dua atau tiga jam.

Maka, ketika para peragu itu merujuk foto wisuda sebagai salah satu bukti pernah tamat dari universitas atau sekolah tinggi tertentu, saya jadi geleng-geleng. Kasihan saya yang secara sadar sejak awal meyakini bahwa upacara wisuda bukan hal yang urgen dalam jenjang pendidikan saya, pun bukan hal yang vital untuk perkembangan pribadi sebagai manusia.

Anda, tidak harus sepakat dengan saya. Bila upacara wisuda itu sangat penting bagimu, ikutilah!

Fenomena wisuda

Tentang wisuda, sebetulnya saya punya keprihatinan yang lebih besar. Saya jadi geli melihat fenomena akhir-akhir ini, di mana acara wisuda sudah menjamur ke semua jenjang pendidikan. Anak-anak TK juga sudah mengadakan wisuda; pakai topi dan jubah hitam, berbaris rapi, lalu difoto.

Kalau seorang di antara mereka kesenggol teman dan jatuh, kemungkinan besar ia akan menangis di tengah acara seremoni wisuda, dan guru atau orangtua berusaha menenangkan. Sementara murid TK yang lain berlarian pakai jubah hitam. Ada yang merengek minta dibelikan jajan lalu menghapus air matanya dengan jubah wisuda. Sungguh lucu dan menggemaskan.

Sekarang Anda bisa bayangkan: topi, jubah dan atribut wisuda lain yang dulu adalah pakaian sakral bagi para sarjawan/sarjanawati dan merupakan simbol pencapaian prestasi akademik, kini jadi pakaian yang bisa gunakan oleh adik-adik TK yang lucu-lucu. Dulu dikenakan oleh pribadi-pribadi yang cakap dalam bidang ilmu tertentu, sekarang dipakai oleh adik-adik untuk memenuhi hasrat pamer medsos orangtuanya.

Entah apa yang terjadi, tetiba acara wisuda jadi kebutuhan semua jenjang pendidikan. Banyak TK, SD, SMP, SMA ramai-ramai menggelar wisuda. Apa urgensi atau motifnya, saya tidak tahu. Yang pasti, serimonial seperti wisuda menelan biaya yang tidak sedikit, baik dari pihak sekolah yang menyelenggarakan, maupun orangtua dan siswa yang menginginkan.

Maka pertanyaan seberapa penting sebuah foto wisuda bagimu, mesti dijawab. Anda perlu menjawabnya dengan hati-hati dan penuh gembira, karena harga bahan pokok sehari-hari sedang melonjak kegirangan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun