Tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau, menurut hemat penulis petuah tersebut bisa menyesatkan. Mengapa? Jika setiap orang di negeri ini berpikir seperti itu, semua bakal jualan telor saja seperti Om Bob, maksudnya jadi pengusaha. Padahal, negeri ini butuh keseimbangan.
Tak bisa dimungkiri negeri butuh banyak pengusaha. Data statistik resmi memperlihatkan bahwa tren penurunan tingkat pengangguran terbuka terus melambat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini sebetulnya memberi konfirmasi bahwa pasar kerja sudah jenuh. Dengan kata lain, negeri ini butuh terebosan untuk menciptakan sebanyak mungkin lapangan kerja. Dan, salah satu terobosan itu adalah dengan mendorong kewirausahaan.
Tapi, selain membutuhkan pengusaha untuk menciptakan lapangan kerja, negeri ini tentu membutuhkan dedikasi para guru untuk mendidik dan mempersiapkan generasi terbaik, para dokter yang mengabdikan diri untuk kesehatan masyarakat, para ilmuwan yang fokus pada pengembangan IPTEK, dan para statistisi yang mendedikasikan diri untuk melayani negeri ini dengan data.
Bayangkan, apa jadinya generasi bangsa ini jika guru sibuk berbisnis? Apa jadinya negeri ini jika dokter yang harusnya melayani pasien atas dasar kemanusiaan justru jadi “pedagang” yang fokus mencari laba? Bisa jadi tak akan ada lagi guru dan dokter yang mau mengabdi dan di tempatkan di daerah terpencil dan minim fasilitas.
Jika semua orang di negeri ini hanya menakar kesuksesan dari banyaknya aset yang dimiliki dan banyaknya harta yang dikumpulkan, bukan dari apa yang telah diberikan untuk orang lain, masyarakat, bangsa, dan negara, negeri ini bakal ambruk. Karena satu hal: keserakahan.
Pendek kata, petuah Om Bob tersebut barangkali hanya cocok dan relevan untuk mereka yang tertarik untuk menjadi pebisnis atau pengusaha.
Meski demikian, ada satu petuah Om Bob yang berlaku universal, cocok, dan relevan untuk siapa saja, baik pebisnis maupun bukan pebisnis, yakni petuah tentang "gelas kosong".
Ketika berjumpa atau berbincang dengan seseorang, terutama yang baru pertama kali dijumpai, Om Bob akan memosisikan diri seperti gelas kosong yang siap diisi dengan hal-hal yang positif. Maksudnya, Om Bob siap menyerap pengetahuan, pengalaman, dan segala hal yang bermanfaat yang dibagikan oleh orang tersebut, siapa pun dia, apa pun latar belakangnya.
Barangkali, hal tersebut merupakan salah satu rahasia sukses Om Bob dalam berbisnis. Sesuatu yang mesti dicontoh oleh kita yang seringkali merasa penuh (baca: sombong) ketika di hadapan orang lain, terutama yang tidak kita perhitungkan. (*)