Teori totipotensi sudah ada sejak lama. Teori totipotensi sendiri dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama Gottlieb Haberlandt pada tahun 1898. Gottlieb Haberlandt adalah seorang ahli fisiologi yang memiliki kewarganegaraan Jerman. Dan pada tahun 1969, ada seorang ahli yang bernama Frederick Campion Steward yang melakukan percobaan terhadap sifat totipotensi ini. Adapun percobaan yang dilakukannya adalah pada tanaman wortel. Dan totipotensi sel akan membentuk individu baru yang mengalami berbagai tahapan yaitu pada bagian - bagian tumbuhan, jaringan floem pada akar milik tanaman wortel kemudian dipotong menjadi bagian kecil - kecil dengan massa masing-masing 2 mg lalu ditumbuhkan dengan memakai media bernutrien. Saat sel - sel mengalami pembelahan, maka sel -- sel tersebut akan membentuk kalus. Kalus lalu dipisahkan ke dalam media bernutrisi. Kemudian kalus tersebut akan membelah diri lalu embrio akan terbentuk. Akhirnya terbentuklah sebuah individu baru hasil dari percobaan tersebut. Adapun kalus merupakan suatu kumpulan sel yang terbentuk dari sel-sel jaringan awal yang membelah secara terus menerus namun belum terdiferensiasi. Teori totipotensi sel atau yang Bahasa Inggris nya disebut Total Genetic Potential, memiliki arti bahwa setiap sel mempunyai sebuah potensi genetika seperti sel zigot antara lain bisa melipatgandakan dan memisahkan diri menjadi sebuah tanaman yang lengkap. Dengan demikian, dapat disimpulkan melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang. Selain itu bagian pada tumbuhan bisa dilakukan kloning menjadi tanaman yang identik dengan bahwa pengertian totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tanaman untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi yang ada pada jaringan tanaman tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh individu baru yang seragam atau sama dalam jumlah yang banyak serta terbentuk dengan waktu yang cepat. Karena sel - sel pada tumbuhan memiliki sifat totipotensi yaitu mempunyai potensi penuh, maka hal tersebut bisa mempertahankan potensi dari zigot untuk metode genetik. Dari usaha tanaman dalam membentuk individu yang baru maka hal tersebut disebut prinsip kultur sel atau kultur jaringan. Prinsip kultur jaringan ini dipaparkan oleh Muer, Hildebrandt, dan Riker di tahun 1954. Prinsip kultur jaringan ini mempunyai kecocokan dengan kelanjutan perkembangbiakan tanaman secara vegetatif, khususnya pada metode stek oleh karena pada metode stek, bagian tanaman yang sudah dibelah akan bertumbuh dan berkembang menjadi satu individu yang baru. Tetapi, perbedaannya pada metode kultur jaringan memang wajib betul-betul memperhatikan sterilitasi alat dan bahan pada saat ingin menerapkan totipotensi pada tumbuhan. Kultur jaringan juga bisa menyediakan protoplasma sel somatik dan sel generatif (misalnya polen) yang bisa menjadi materi pengiriman gen dalam proses penciptaan sel persilangan.
KEMBALI KE ARTIKEL