Tadi malam saya bermimpi, atau mungkin melamun sepertinya. Apa untungnya Jokowi bila jadi presiden di tahun kuda ini dibandingkan seandainya pada periode berikutnya? Saya telah membaca analisa-analisa para pakar dan tulisan maupun komentar singkat rakyat biasa dari berbagai sudut. Tapi mimpi saya semalam lebih sederhana menyoroti satu aspek saja yaitu SDM Indonesia.
PRESIDEN 2014, kuda bajak!
Menjejakan kaki di dalam tahun kuda ini, menjadi presiden yang sungguh-sungguh mau bekerja untuk rakyat akan tertatih-tatih menjalankan roda pemerintahan karena minimnya SDM kita. Walaupun banyak, termasuk para pakar mengatakan kita tidak kekurangan, tapi saya hanya melihat saat ini Indonesia penuh pejabat layaknya benalu/parasit di musim hujan ini. Layaknya lumpur di roda pedati, atau karat pada setiap sendi-sendi. Salah satu faktor terpenting adalah mencari dan menempatkan manusia-manusia layak yang sesungguhnya ke dalam tim, seperti kesebelasan sepak bola. Tanpa itu, seorang Messi maupun CR7 sekalipun tidak akan dapat berkutik bersaing di dunia dewasa ini yang akan memasuki jaman globalisasi. Jokowi akan menjadi kuda kerja rodi, kuda bajak menuju 2018 nanti.
PRESIDEN 2018, sais pedati!
Nah! Saat ini, Jokowi - mau tak mau harus menyebutkan Wakilnya yang tidak kalah fenomenal - layaknya bintang timur di langit malam. Memberikan harapan dan inspirasi masyarakat banyak yang terpuruk kalau tidak mati suri. Demikianlah pemimpin yang didamba-dambakan, pemimpin yang seharusnya. Euforia Jokohok ini tidak hanya bagi warga ibukota saja, tapi merambah ke seluruh pelosok negri. Bila mereka dapat terus menjadi trend-setter secara konsisten, kerinduan rakyat akan mendorong bermunculannya para pemimpin yang bersih, pelayan rakyat sesungguhnya. Memasuki tahun monyet 2018 nanti, kita mungkin memiliki cukup karoseri menggantikan bagian-bagian yang rusak karat tak tertolongkan lagi. Mungkin bukan kereta kencana yang kita miliki, tapi paling tidak pedati yang layak jalan. Presiden sais pedati!
Sekedar mimpi!