Dua anak gadis kakak beradik itu tinggal di sebuah kamar kontrakan sempit tanpa jendela di pinggiran kota Bandung. Kamar berukuran enam meteran persegi itu dijejali dengan lemari plastik, kasur yang digelar, cermin persegi tergantung di dinding, kipas angin dan sebuah meja kecil multi fungsi. Sebuah seterika, piring, gelas, serta beberapa botol aqua kosong dan setengah isi tampak berserakan di lantai. Kamar yang terlalu sempit untuk mereka berdua. Tapi disitulah Asih dan Marni hidup – dalam percampuran antara mimpi dan kenyataan.