Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Jenderal Besar AH Nasution, Prabowo dan Rivalitas TNI

12 Januari 2014   05:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 8811 0

“Bisa saja saya tulis buku dengan versi saya dan biar masyarakat yang menilai mana yang benar, mana yang ngawur” jawab Prabowo saat kucoba menanyakan perihal adanya berbagai macam buku perihal dirinya yang beredar di masyarakat.

Ada yang begitu memojokan, namun ada pula yang memberikan sudut pandang lain yang membelanya. Kedua buku itu pun sama-sama ditulis oleh purnawirawan Jenderal Angkatan Darat.

Sedangkan buku versi Habibie, saya rasa sudah tidak terlalu menarik lagi dibahas setelah adanya pertemuan keduanya di Jerman beberapa saat yang lalu atas undangan Habibie untuk minum kopi bersama.

"Saya bisa ungkap, tapi saya ingin kesejukan. Jika saya ungkap hanya akan mengungkit peristiwa yang lalu. Tidak ada untungnya," katanya lagi saat kembali aku usil mencecar pertanyaan seputar peristiwa tahun 1998 tersebut.

“Tapi nanti orang-orang malah menuduh kalau Prabowo ngeles (mengelak)menjelaskan kejadian sebenarnya loh, pak” kataku tak kapok mendesak.

"Saya dulu dituduh membakar gereja, disebut saya anti kristen, tapi besoknya saya juga dituduh membunuh kyai-kyai Jawa, dituduh membom Istiqlal, tidak tahu besok dituduh apalagi, sudah kebal dituduh" ujar Prabowo sambil tertawa.

“Kalau perihal fitnah kudeta bagaimana itu, pak?”

"Begini, saya waktu itu Pangkostrad dengan 33 batalyon, nyatanya apakah saya kudeta? Itu tidak akan saya lakukan karena sebagai prajurit sapta marga saya takut terhadap konstitusi UUD 1945. Saya lebih memilih diam menanggapi fitnah itu, biarlah waktu dan sejarah yang akan membuktikan. 'Becik ketitik ala ketara'," jelas Prabowo

“Apalagi, kudeta itu selalu disambung kudeta lainnya. Apa anda mau Indonesia tidak habis berkesudahan mengurusi perang saudara? Kapan membangun negara ini?” tambahnya lagi.

Yayaya, memang sulit sekali membuat Prabowo mau membuka kedok siapa sebenarnya dalang kerusuhan tahun 1998 ini. Walau intuisiku mengatakan, ia tahu banyak dan detail mengenai ini.

Sedangkan perihal lingkaran setan kudeta, memang harus diakui itu benar sekali. Setiap kudeta selalu dibalas kudeta. Hampir semua bangsa dan negara terjadi konsep seperti itu.

Konsep yang mungkin hanya di Jepang saja yang tidak begitu. Karena kalau dilhat dari kisah legenda “47 Ronin” baik versi novel atau filmnya, para samurai tanpa tuan itu sepakat untuk seppuku (bunuh diri) massal apabila “kudeta”nya terhadap pembunuh daimyo (junjungan) nya berhasil. Hal ini perlu mereka lakukan karena rantai balas dendam hanya bisa dihentikan dengan 'upacara' ini.

Kesepakatan yang disertai cap jempol dengan darah yang tujuannya jelas, agar tidak terjadi balas dendam pada generasi dibawahnya. Budaya ajaib yang tentu jarang terjadi di muka bumi ini. Hanya dilakukan oleh para ksatria Samurai yang terhormat.

Namun, usai dari pertemuan di Bukit Hambalang tersebut tidak serta merta membuatku menyerah untuk menelisik lebih jauh ujung benang merah sejarah ini.

“Coba selidiki hubungan Prabowo dengan pak AH Nasution” kata salah satu atasanku di kantor yang kini sudah pensiun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun