................
“Tumben pagi sudah sampai nduk” kata Mamak Rika saat meihat kedatangan anaknya.
Rika hanya diam saja. Mulutnya masih terkunci rapat. Air mukanya mendadak berubah samar-samar. Jantungnya berdetak lebih kencang. Rika masih terdiam membisu.
“Dapat travel yang paling pagi yah?”
Fuuuh!
Rika pun bernafas lega. Dijawabnya pertannyaan ibunya dengan anggukan kepala kecil. Sepertinya ibunya tidak mengetahui kalau sebenarnya sejak hari jumat Rika sudah tidak di Brebes, rumah budhenya. Rika segera mencium tangan ibunya dan masuk kedalam kamar. Kamar kecil, sempit namun bersih. Rika merebahkan tubuhnya ke ranjang.
Ditatapnya langit-langit kamarnya dengan pandangan menerawang. Di sentuhnya bibirnya sendiri dengan perlahan. Lalu pipi, kening, dan rambutnya sendiri sambil senyam-semyum sendiri tidak karuan. Ah, seperti orang gila saja.
“Mbaaaaaak!” teriak si bontot tiba-tiba mengagetkan.
“Iyaaa deeeek!” jawabnya dari dalam kamar.
“Oleh-olehnya manaaa?” teriaknya lagi
Waduh!
Rika panik. Gara-gara konsentrasi janjian untuk bertemu dengan Andre, ia sampai lupa membeli telur asin pesanan adiknya. Sedikit gelagapan Rika keluar kamar dan menjelaskan keterlupaannya. Adiknya cemberut. Sepertinya ngambek.
“Mbak sudah berubah! Mbak nggak kayak dulu lagi!” sungutnya kesal.
PLAK!
Serasa ada tamparan di pipi kirinya saat adiknya mengucapkan kata ‘berubah’. Kata yang berbeda konotasinya bagi Rika yang memang sudah ‘berubah’ semenjak berada di Villa. Ah, untung bukan Ksatria Baja Hitam yang bicara, kalau itu sudah lain cerita.
........
“Oh jadi kamu pacaran sama Andre tho nduk” tanya ibunya sambil duduk di kursi kayu.
“Iya buk” jawab Rika sambil menunduk.
“Ya Mamak tidak masalah kamu bergaul dengan siapapun. Cuman hati-hati ya nduk, kamu tuh ayu. Cantik banget. Lelaki kalau semua maunya di turutin suka nglunjak. Sudah kita kasih semua, e... dia malah pergi kalau sudah tidak penasaran lagi” kata ibunya memberi wejangan.
PLAK!
Sekali lagi terasa pipi kanannya yang gantian serasa ditampar oleh kalimat ibunya. Kalimat yang terlambat di ucapkan. Terlambat karena semua sudah terlewat dan terjadi. Rika hanya terdiam. Bisu dadakan.
.........
Suara cempreng motor Andre terdengar di depan rumah Rika. Kekasihnya datang. Sudah seminggu ini Rika berdebar dan panik tidak karuan. Rika khawatir Andre benar-benar sudah tidak mau datang lagi ke rumahnya seperti wejangan Ibunya karena rasa penasaran Andre sudah hilang.
Dengan wajah sumringah Rika menemuinya ke depan pintu rumah. Adik-adiknya mendadak keheranan. Biasanya kakaknya tidak pernah menyambut nya begitu antusias. Selama berbulan-bulan ini, biasanya Rika selalu memakai jurus standar menerima jadwal apel malam minggu. Andre di suruhnya menunggu dulu, sedangkan Rika pura-pura agak lamaan biar terkesan tidak butuh.
Lha itu duluuuuu... Sekarang?
Harap maklum pemirsa, percampuran darah dua insan tidak halal itu menyisakan bekas untuk Rika sedangkan Andre tidak. Bagaimana Andre bisa berbekas? Wong punyanya masih ‘berbungkus’ karet pengaman saat ber-adegan mesra. Andre aman, Rika? Tunggu dulu tesnya bulan depan. Memang wanita selalu dirugikan tanpa buku pernikahan.
“Tumben agak terlambat?” tanya Rika soal keterlambatan 1 jam dari jam biasa nya Andre apel.
“Iya, tadi sebelum kesini mobil mama nyrempet pagar” jawab Andre.
“Ah? Kok bisa? Tapi kamu nggak papa kan sayang?”
“Nggak papa, cuman kok sial betul. Padahal sudah semenjak SMP keluar masukin mobil, kok bisa-bisanya nyenggol pagar begitu. Aneh” jelas Andre lagi.
Pembicaraan mereka pun segera berhenti saat motor mulai melaju kencang menyusuri jalanan. Dipeluknya pinggang Andre dengan erat. Disamping motornya memang ngebut dengan kecepatan 30Km/jam, 30 Km/jam sebelum mentok maksudnya, juga pelukan ini juga memberikan rasa aman di hati Rika jika Andre tidak akan pergi. Pergi jauh dari hidupnya karena sudah tidak penasaran.
........
Rika sedikit kagok saat melihat papa mama Andre tampak sudah menunggu di ruang tamu rumah yang besar itu. Ada perasaan tidak percaya diri muncul saat melihat pakaian yang dikenakan mama Andre tampak bagus sekali. Elegan walau tidak mewah. Itupu hanya pakaian rumah. Bagaimana jika sedang kondangan dan pesta? Pikir Rika dalam hati. Sedangkan Rika hanya memakai pakain biasa. Walau tetap cantik karena memang dari sononya sudah begitu Rika masih tidak percaya diri. Ditambah lagi pakaian yang dikenakannya juga hadiah dari Andre beberapa bulan yang lalu.
Mama Andre tampak welcome dengan kedatangan Rika. Sikap mama Andre membuat rasa tidak percaya dirinya terkikis. Mama Andre malah mengajaknya ke dapur dan banyak berbincang-bincang soal pakaian dan mode terbaru.
“Wah, Andre pintar sekali cari pacar. Bisa jadi model butik mama nih” puji mama Andre yang membuat Rika kembang-kempis ke GR an.
Sementara papa Andre hanya asyik membaca koran dan sesekali melirik telivisi yang sedang menyiarkan acara berita. Kadang kala Andre diajak berbincang soal bisnis mobil bekas yang di akan di pasrahkan ke Andre kalau sudah dianggap cukup umur. Rika mendengar pembicaraan itu dengan mata mendelik. Luar biasa, Andre yang masih SMU itu ternyata sudah banyak menetahui soal seluk beluk bisnis. Mobil lagi. Hal yang mewah untuk ukuran anak seusianya. Pantas saja duitnya banyak. Ckckckck..
........
“Kenapa sih pah kok cuek begitu? Anak kita kan sudah besar, Rika juga cantik. Mama setuju kok Andre punya pacar seperti Rika” tanya mama Andre saat anaknya pergi mengantar Rika pulang ke rumahnya.
“Iya, cantik-sih cantik. Tapi...” jawab papanya mendadak berhenti menjelaskan.
“Tapi kenapa pa? Bibit bobot bebetnya juga bagus. Bapak Rika juga dulu pejabat. Anaknya juga kayaknya penurut dan pandai mendengarkan mama. Kata Andre sekolahnya juga masuk lima besar terus. Apa yang salah pa?” cocornya keheranan.
“Lihat tahu lalat besar di badannya”
“Loh emang kenapa?”
“Itu tanda-tanda wanita yang bakal membawa suaminya hidup susah”
“Alaaaa pa, bisa dioperasi itu!”
“Eit, lihat dulu katuranggan-nya. Kaki panjang, kurus namun.. bla bla bla” jelas papa nya lagi.
“Loh malah bagus pah, bakat tetap langsing kalau sudah melahirkan. Cocok ama anakku yang ganteng”
“Bukan itu!”
“Tapi apa Pa? Jelasin!”
“Itu tanda wanita yang bakal membawa sial buat siapapun suami yang sudah campur dengannya. Hidupnya akan terbalik! Aku pernah melihat perempuan seperti itu. Rugi dong kita mewarisi harta benda kalau kelak anak kita jadi miskin. Kamu mau anak kita sengsara?!”
“Halah! Apa dasarnya?”
“Loh kalau mama tidak percaya, sini papa ambilkan primbon bapakku dulu. Emang aku dulu nggak lihat primbon apa waktu melamar kamu? Makanya sekarang kita sukses terus. Kkamu bawa hoki tauk!” jelas papanya.
Mamanya jadi mendadak tersenyum setelah sebelumnya sewot. Tampaknya bakat memuji Andre menurun dari papanya.
Papa Andre pun segera berdiri dan menuju rk buku yang tidak jauh dari meja tivi. Dibukanya lemari itu lalu buku tebal yang sudah berwarna kusam oleh umur itupun diambilnya.
PET!
Mendadak lampu mati.
PYAR!!!
Terdengar suara pecah. Sepertinya guci besar hiasan ruangan tersenggol papanya saat mecoba meraba-raba jalan.
“Baru juga diomong. Huh!” sungut papa nya keras.
[Bersambung part 10]
#J50K; Km 15090