Sakaratul Maut pasti akan datang pada setiap insan bernyawa, siapapun dia. Tak peduli dia seorang pejabat, raja, ratu, rakyat jelata, maupun wakil rakyat yang duduk di DPR, baik mereka yang telah merawat kesehatannya dengan baik maupun yang ceroboh. Sakaratul maut adalah detik-detik saat ruh dicabut pelan -pelan dari segala penjuru urat saraf. Proses menuju kematian ini sangat menegangkan dan menyakitkan, bahkan diibaratkan seperti ditusuk dengan 300 pedang secara bersamaan, atau seperti tubuh ditanami sebuah pohon berduri dan pohon itu dicabut dengan kuatnya sehingga sakitnya bagai ada bagian yang ikut kecabut ada yang tertinggal yang menyangkut di duri. Proses pencabutan itu mulai dari ujung kaki terlebih dahulu, lalu naik ke betis, paha sampai ke atas ke kerongkongan, saat itulah mulai tertutupnya pintu taubat dan mulai berpisahnya ruh kita dengan alam dunia. Hanya penyesalan dan keinginan bertaubat yang sudah tiada guna, semua sudah terlambat, mau tidak mau kita sudah berpindah alam.
Pada saat kita menemani seorang mukmin yang sedang menghadapi sakaratul maut, bimbinglah dia untuk melafalkan talqin " La ilaha illallah " bila sudah tak kuat lagi membaca kalimah 'sahadat' bacalah cukup dalam hati.
Pada saat seorang mukmin sedang menghadapi sakaratul maut , setan sangat senang menggoda agar kita tergelincir dan mengakhiri hidup dengan 'su'ul khatimah' bukan dengan ' khusnul khatimah' untuk itu agar tidak ada sela untuk setan masuk, dampingi dan bimbing selalu keluarga kita dengan bacaan talqin tersebut. Dan agar suasana menjadi agak tenang bacakan selalu 'Surat Yassin' , karena Srat Yassin sebagai jantung Al-Qur'an sebaiknya dibacakan saat Mauta, yaitu pada orang yang dekat pada ajalnya, bukan pada mayat atau orang yang sudah meninggal dunia. Kuatnya kengerian dan himpitan sakaratul maut itu membuat kita lebih mudah tergelincir dengan kata-kata bimbingan setan, maka bacaan Surat Yassin saat sakaratul maut akan banyak membawa keberkahan dan pertolongan dari Allah SWT.
Ucapkan selalu kata-kata dan doa yang baik karena pada saat itu malaikat maut telah hadir, berdoalah yang baik agar malaikat maut ikut mengamini doa kita. Kedatangan Malaikat sangat terasa sekali pada saat Sakaratul Maut tersebut. Proses pencabutan nyawa oleh Malaikat Izrail sesuai dengan ketaatan kita pada Allah Ta'alla. Bila orang banyak durhaka pada Allah maka mencabutnya dengan kasar tapi bila orang banyak berbakti dan selalu mengharap hanya rindho-Nya maka mencabutnya dengan pelan-pelan. Walaupun begitu masih tetap sakit dan yang paling ringan saja sakitnya bagai ditusuk pedang 300 kali bersamaan, banyangkan bagaimana sakitnya sakaratul maut itu bagi orang yang banyak durhaka pada Allah SWT. Walaupun begitu bukan menjadi ukuran, kesakitan sewaktu sakaratul maut bisa juga untuk mengurangi dosa-dosa seorang mukmin sewaktu di dunia, agar memperoleh ampunan dari Allah Ta'alla.
Bila seseorang dicabut nyawanya biasanya matanya mengikuti keluarnya nyawa dari ubun-ubun, maka setelah orang tersebut meninggal tutup matanya yang masih terbuka. Dan tutup seluruh badan dan kepala agar tidak menimbulkan kengerian karena proses Sakaratul maut biasanya membawa perubahan pada tubuh mayat. Hadapkan wajahnya ke arah Kiblat dengan memiringkan badan dan kepalanya, bujurkan seperti di pekuburan.
Segerakan pemakamannya, setelah disucikan, dikafani dan disholatkan terlebih dahulu, kecuali untuk yang mengalami mati sahid. Menyegerakan pemakaman sebelum kondisi mayat berubah sangat dianjurkan agar jenazah segera kembali pada alamnya , yaitu alam Barzah.
Bila yang meninggal masih mempunyai hutang, maka sebaiknya segera bayarkan hutangnya karena nyawa seorang mukmin itu bisa tergantung utangnya sampai dibayarkannya utangnya itu oleh walinya.
Demikian yang harus kita ketahui bila tiba-tiba kita dihadapkan pada kenyataan mengahadapi sakaratul maut oleh orang-orang di sekitar kita. Semoga berguna mengingatkan kita akan datangnya kematian yang selalu dekat dan dekat dengan kita. Semoga diakhir nanti kita bisa menghadapi sakaratul maut dengan Khusnul Khotimah. ...Amin.
Kudus, 10 Maret 2015
'salam hangat selalu'
Dinda Pertiwi