Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Unsur-unsur Penting dalam Cerita Rekaan

1 Februari 2015   23:38 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 33645 0
Dalam menciptakan suatu karya Sastra yang berupa Cerita Rekaan  seorang penulis atau pengarang agar dapat memperoleh hasil yang bagus dan mudah dipahami  oleh pembaca maka pengarang harusnya menyertakan unsur-unsur instrisit yang ada dalam karyanya.

Unsur-unsur yang harus ada dalam Cerita Rekaan adalah berupa :

1. Tema.

Tema adalah gagasan pokok yang menjadi permasalahan yang mendasari isi sebuah cerita rekaan. Biasanya tema dari suatu cerita rekaan tercermin dari Judul dari cerita rekaan tersebut. Seorang pengarang haruslah menetukan tema lebih dahulu sebelum memulai menulis suatu cerita , dan penulis harus dapat konsisten antara tema dan isi cerita di dalamnya agar cerita tidak terlalu melenceng dengan tema yang telah dibuat. Dan pembaca tidak dibuat binggung olehnya.

2. Tokoh dan Perwatakan.

Seorang pengarang harus menguasai betul sifat-sifat dari tokoh yang dihadirkan dalam karyanya itu. Masing-masing tokoh mempunyai watak yang berbeda-beda sesuai kedudukannya dalam mendukung terjadinya suatu konflik yang terjadi dalam cerita rekaan tersebut. Ada yang mempunyai watak baik yang biasa disebut dengan tokoh Protagonis. Ada  yang tokoh yang mempunyai watak jahat yang biasa disebut dengan tokoh Antagonis.

Ada pula tokoh yang mempunyai watak datar, biasa saja jadi tidak berwatak terlalu baik tapi juga tidak berwatak jahat. Semua tokoh memainkan perannya masing-masing sehingga terjadi suatu  konflik yang mendukung tema yang sudah dipilih oleh pengarang dalam cerita rekaan.

3. Latar / Setting.

latar atau Setting dalam suatu cerita rekaan meliputi dari beberapa aspek  ruang, aspek waktu, aspek suasana saat kejadian cerita berlangsung, atau saat peristiwa itu terjadi.

--    Aspek ruang adalah gambaran tempat atau lokasi cerita itu terjadi. Misalnya, di sebuah desa x , di dalam rumah, di rumah sakit dan lain sebagainya yang menjadi tempat berlangsungnya cerita itu terjadi.

--    Aspek waktu adalah waktu terjadinya cerita dan penceritaan yang ada di dalam cerita rekaan.  Waktu bisa meliputi pagi, siang, malam, bulan , hari dan lain sebagainya ketika cerita itu terjadi.

--    Aspek suasana adalah suasana sekeliling yang menjadi pengiring saat terjadinya suatu peristiwa atau yang menjadi latar belakang terjadinya cerita dalam cerita rekaan itu berlangsung.

4. Alur dan Pengaluran.

Alur suatu cerita adalah jalinan atau rangkaian peristiwa dalan suatu cerita dalam Cerita Rekaan.  Di dalam pengaluran ini pengarang menetukan jalannya sebuah cerita dari jalinan-jalinan peristiwa yang membentuk sebuah tema dalam  Cerita Rekaan.

Ada 3 macam Alur yang biasa digunakan oleh seorang pengarang.

--   Alur maju  adalah jalinan peristiwa yang membentuk cerita dari awal hingga akhir  cerita  menurut waktunya adalah maju.

--   Alur mundur  adalah jalinan peristiwa yang membentuk suatu cerita menurut waktunya adalah mundur.

--   Alur kilas-balik atau flashback adalah jalinan peristiwa yang membentuk suatu cerita awalnya maju namun pengarang bisa menceritakan kisah yang terjadi sebelumnya  hingga menyebabkan cerita itu terjadi.

Dalam sebuah Cerita Rekaan pengarang tidak harus menggunakan satu alur saja, tetapi bisa mengkombinasikan alur-alur tersebut di atas.

5. Sudut Pandang atau Poin of View.

Sudut Pandang adalah cara pengarang menempatkan diri  kedudukannya dalam sebuah  Cerita Rekaan yang ditulisnya. Ada 2 macam Sudut Pandang posisi atau kedudukan pengarang dalam karyanya.

--    Sudut Pandang Orang Pertama. Pengarang berada di dalam sebuah cerita, terlibat langsung sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Dalam hal ini pengarang biasanya menggunakan Kata Ganti Orang Pertama seperti : aku, saya , gue.

Dalam sudut pandang orang pertama ini pengarang bisa menempatkan diri sebagai pelaku atau tokoh utama, sehingga pengarang banyak menceritakan tentang kisah si aku atau saya ini, sebagai pusat pandang dalam sebuah cerita rekaan. Seperti dalam cerpen saya  Kuyang

Pengarang juga bisa menempatkan diri sebagai pelaku sampingan dalam cerita tersebut. Dalam sudut pandang ini pengarang menjadi tokoh sampingan yang banyak menceritakan pelaku utama , yang bukan dirinya. Seperti cerpen  Ranjang Pengantin untuk Suamiku

--    Sudut Pandang Orang Ketiga. Pengarang tidak ikut serta dalam sebuah cerita, atau tidak menjadi salah satu tokoh dalam peristiwa cerita rekaan tersebut. Pengarang hanya berdiri di luar cerita , biasanya Sudut Pandang Orang Ketiga ini ditandai dengan penggunaan Kata Ganti Orang Ketiga, seperti : Dia, Ia, atau menyebut  langsung nama tokoh dalam cerita tersebut.

Ada 2 macam Sudut Pandang Orang Ketiga, yaitu :

1. Sudut Pandang Orang Ketiga pengarang hanya sebagai pengamat saja. Dalam cerita yang menggunakan sudut pandang ini, pengarang hanya mengetahui permasalahan atau konflik tokoh-tokoh dalam ceritanya secara fisik mereka saja. Seperti gerak-gerik tokoh, mimik wajah tokoh, pakaian tokoh. Pengarang tidak mengetahui konflik batin yang dialami para tokohnya. Seperti cerpen  Santi Kekasih Istriku.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu. Pengarang mengetahui segala hal yang dialami dan dirasakan oleh tokoh-tokoh ceritanya. Jadi tidak hanya fisik, pakaian, gerak-gerik tokoh-tokohnya namun juga pengarang mengetahui konflik batin, masa lalu, penyesalan dan segala hal yang terjadi dalam batin tokoh-tokoh cerita rekaannya. Seperti cerpen Gendam. yang pernah saya tulis.

6. Amanat atau Pesan.

Pengarang tentu mempunyai amanat atau pesan tertentu yang hendak disampaikan kepada masyarakat pembaca melalui karyanya. Cerita yang disuguhkan pasti mempunyai pesan-pesan tertentu, seperti pesan moral dalam cerita-cerita Legenda ( cerita tentang terjadinya suatu tempat), Fabel ( cerita tentang binatang). Pesan politik seperti cerita-cerita yang di tulis oleh pengarang jaman Lekra. Pesan Keagamaan seperti dalam cerita-cerita tentang Nabi, dan lain sebagainya. Seperti dalam dongeng yang pernah saya tulis  Burung Pelatuk Perindu.

Pengarang tidaklah mutlak harus memenuhi unsur-unsur insintrik tersebut di atas, karena kebebasan pengarang dalam mencinptakan sebuah karya. Namun bila ingin ceritanya lebih berbobot dan mudah dipahami oleh pembaca sebaiknya pengarang mengetahui unsur-unsur yang ada dalam suatu karya cerita rekaannya.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi teman-teman yang tertarik dengan dunia kepenulisanan Cerita Rekaan atau Fiksi.

Kudus, 1 Pebruari 2015

'salam fiksi'

Dinda Pertiwi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun