Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Pengembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini

21 November 2024   11:16 Diperbarui: 21 November 2024   11:26 29 0
Cara Mengoptimalkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Bukan hanya orang dewasa saja, lho Bu, yang bisa mendapatkan manfaat dari interaksi sosial! Interaksi sosial juga sangat penting bagi anak, terutama jika mereka sudah mau masuk sekolah.

Karena dengan berada di sekitar teman sebayanya, si Kecil akan banyak belajar bersosialisasi dan memiliki pengalaman-pengalaman baru sehingga ia bisa bertumbuh menjadi anak yang luwes dan mudah bergaul.

Anak-anak yang keterampilan sosial-emosionalnya kuat cenderung lebih mampu mengatasi tantangan sehari-hari dan tampil lebih unggul secara akademis, profesional, dan dalam kehidupan sosial mereka.

Tapi, Ibu tak perlu khawatir berlebihan jika si Kecil bukan termasuk anak yang luwes dan mudah bergaul. Ada banyak contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan sosial emosional anak TK yang bisa Ibu jadikan inspirasi. Penasaran apa saja?

1. Roleplay dengan Teman Sebaya

Bermain merupakan proses interaksi, baik dengan temannya maupun alat-alat yang digunakan untuk bermain. Ketika bermain, si Kecil mungkin akan mengalami konflik dengan temannya. Ia mungkin akan mengalami rasa takut, malu, khawatir, atau marah saat bermain.

Tapi, ini semua merupakan bagian dari tahap perkembangan kemampuan sosial emosional yang harus dihadapi. Jadi, sering-seringlah mengajak si Kecil bermain, terutama bermain yang melibatkan interaksi dengan teman sebayanya.

Nah, roleplay atau bermain peran bisa menjadi contoh kegiatan untuk mengasah sosial emosional anak usia prasekolah.

Untuk memulai roleplay, si Kecil dan teman-temannya awalnya mungkin memerlukan bimbingan Ibu melalui narasi. Anak-anak akan senang memerankan apa yang mereka ketahui, seperti memasak dan belanja ke pasar.

Namun setelah beberapa saat, anak-anak akan mulai bisa mengembangkan skenario imajinatif yang memungkinkan mereka untuk melatih keterampilan sosial-emosional mereka. Jadi, mereka juga akan bisa mengeksplor skenario yang tidak umum seperti bermain peran polisi dan perampok.

Selama bermain, anak-anak dapat menempatkan diri mereka pada posisi karakter dan lebih mudah memahami emosi, pikiran, dan motif setiap karakter dalam adegan tersebut.

Ini adalah cara yang bagus bagi anak-anak untuk bereksperimen dan belajar mengenai aturan dan cara berperilaku di dalam masyarakat.

2. Bermain Boneka

Mirip dengan permainan peran, bermain boneka juga bisa menjadi salah satu contoh untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional anak yang akan masuk TK, lho!

Dengan bantuan boneka, Ibu bisa memeragakan situasi atau skenario tertentu untuk membantu anak memahami dan mengeksplorasi emosi.

Boneka juga dapat IbuBunda gunakan untuk membantu anak-anak memahami dan menyelesaikan konflik dengan sehat. Jadi, contohnya, Ibu bisa memfasilitasi diskusi yang mendukung pemecahan masalah lewat maskot boneka itu.

Buatlah suara animatif yang mewakili si boneka, kemudian minta anak dan teman-temannya untuk berbagi perspektif mereka mengenai suatu situasi atau kejadian dengan menggunakan petunjuk berikut:

Ceritakan tentang apa yang terjadi.

Katakan padaku bagaimana perasaanmu?

Bagaimana perasaan temanmu tentang apa yang terjadi?

Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat kondisinya jadi lebih baik?

Kehadiran boneka mungkin memiliki pengaruh yang menenangkan selama penyelesaian konflik, karena tidak terlalu mengancam daripada sosok orang dewasa.

Oleh karena itu, boneka bisa sangat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial emosionalnya tanpa rasa malu.

3. Doodling (Corat-Coret di Kertas)

Anak-anak di usia ini pasti suka menggambar dan corat-coret, kan, Bu? Nah, menggambar pola sederhana atau doodling bisa menjadi sarana untuk anak mengenali dan memahami emosi mereka.

Terlebih karena di usia ini, anak-anak akan mengalami begitu banyak emosi baru yang mungkin belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Doodling penting untuk membantu anak-anak memproses emosi yang mereka alami.

Selain itu, doodling juga dapat membantu menumbuhkan self–awareness pada anak. Apa maksudnya, ya?

Self-awareness membantu anak-anak berpikir lebih dahulu tentang tindakan dan perilaku mereka, juga membantu berempati dan mempertimbangkan apa yang dialami orang lain dari.

Dengan menggambar, anak-anak bisa melatih mengenali emosi serta perasaan mereka, mengelola emosi secara bertanggung jawab, dan memahami kebutuhan mereka sendiri.9

Kesadaran diri memang adalah konsep yang sulit bagi anak-anak di usia prasekolah ini. Namun, penting untuk Ibu bantu si Kecil mengasahnya sejak usia dini.

4. Ajarkan Berbagi

Di usia dini, wajar jika si Kecil masih sulit berbagi mainan dengan teman atau saudaranya. Tapi, bukan berarti Ibu bisa terus-menerus memberikan toleransi.

Salah satu perkembangan kemampuan sosial anak dapat dilihat dari seberapa mampu ia mengendalikan sifat egoisnya. Ketika si Kecil sudah bisa berbagi mainannya dengan rela, tidak menangis ketika diminta berbagi, itu berarti ia telah memiliki kemampuan sosial emosional yang baik.

Lalu, bagaimana cara mengajarkan si Kecil untuk berbagi? Saat bermain, misalnya, Ibu bisa mendorong si Kecil untuk memainkan mainannya bersama-sama dengan temannya.

Ibu juga bisa mengajak si Kecil untuk mengumpulkan pakaian atau mainan yang sudah tidak dipakai untuk disumbangkan kepada anak-anak yang lebih membutuhkan. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun