Setiap perjalanan waktu ini akan terus kurasakan rindu yang terus menerjang. Semakin ingin pergi semakin menerjang jauh lebih tajam. Dihimpit oleh kerasnya ego yang berkali-kali menghantam. Keadaannya sangat berbeda dengan masa silam waktu kedatangan pagi menuju petang. Hingga kedatangannya menjatuhkan lara yang kian memekik telinga. Disampaikan semilir hembusan angin yang berbicara menyakitkan. Mereka sudah pergi bersama dengan ribuan prajurit perang menuju pagi yang tak lagi bergeming ketika diceritakan tentang embun. Langkah kaki dan suara senapan sudah lama menerjang waktu. Amarahnya tak kunjung mereda setelah butiran peluru itu jatuh di badan kuda mereka yang gagah. Mukanya semakin gahar karena amarah bukan pesona. Amarah ini adalah bagian dari doa kaki-kaki yang sudah berkali-kali menginjakkan tanah di tempat anarki. Keamanan mulai muram durja diterpa bencana. Kesendirian mengabarkan waktunya untuk istirahat dengan tenang.Â
KEMBALI KE ARTIKEL