Membujuk hati, usahlah ia yang engkau damba
Ku rayu sampai kuhardik rengek manjanya,
Tuk tidak slalu meminta jumpai dia, meski hanya di alam maya
Ku hafalkan setiap lupa
yang ampuh mengalihkannya, dari mengingat dia hampir tak berjeda
Ku eja tiap senyum dia yang paling wajar,
Agar sirnakan buai buncah asa sesakkan dada
Ku rangkai dan kubaca ulang setiap celoteh obsesi yg tak ku mengerti
Lalu ku terjemahkan jadi sebuah elegi,
Agar tak terus berusik tanya "adakah dia merasakan yang sama?"
Ku dakwahkan bisu yang membual pandu,
Agar malu menjadi pereda candu romansa biru
Ku rebah rindu dalam senandung ragu
Tuk hadirkan dilema yang mungkin mampu gentarkan rasa
Sia-sia,
Terlanjur hati itu meraung dalam isak rana yang lara
Hingga akhirnya...
Hanya bisa kudekap pedihnya
Kuabaikan degup detaknya,
Menahan sakit rindu yang tak terungkap hanya oleh sebait kata