Mataku mengawang lagi, mengalahkan awan-awan putih yang kebetulan tertimpa sinar matahari dari ufuk barat. Angin musim kemarau mengayunkan hamparan padi-padi di depannya membentuk ombak-ombak kuning keemasan. Berbeda dengan pemandangan itu, dadaku bergemuruh hebat seolah ada badai di dalamnya. Pikiran baik dan buruk melaju datang bergantian sedemikian cepatnya. Apakah benar ia sudah tidak mencintaiku lagi? Apa benar perasaan menggebu-gebu itu telah hilang di kala rasaku sudah berada di puncaknya? Ah, atau bisa jadi ia sedang bosan saja tapi tidak mau bilang.
KEMBALI KE ARTIKEL