Lahan pertanian yang ada di sana memang mengharapkan dari curah hujan. Karena kali yang ada di sekitar lokasi persawahan airnya tidak mencukupi ditambah jaraknya pun cukup jauh.
Menurut pemberitaan setempat, saat ini tanah di lokasi persawahan khusus di Kuledoki sudah pecah-pecah dan kering. Lahan di Kuledoki sekitar 500 hektar. Lahan yang tidak bisa ditraktor sekitar 300 hektar karena tidak ada air. Lahan yang sudah ditanami padi sekitar 100 hektar dan jika air kurang maka akan gagal tumbuh. Selama ini petani mengandalkan air hujan, namun kondisi saat ini memang petani hanya pasrah.
Rujukan
Padi yang sudah ditanam bakal mati total jika curah hujan yang tidak menentu sekarang ini. Sejauh ini, ada beberapa petani yang sudah mencari alternatif dengan menggali sumur bor di kawasan tersebut. Sudah lima kali dengan titik berbeda melakukan pengeboran tetapi hasilnya nihil. Diperkirakan, tanah di wilayah itu dipenuhi oleh bantu. Sehingga mata bor juga tidak bisa menembus lebih dalam lagi.
Kalau sudah seperti itu, memang sudah waktunya pemerintah setempat atau bahkan Kementerian Pertanian (Kementan) pusat yang turun tangan mengantisipasi ancaman puso atas lahan sawah milik warga. Walaupun hujan belakangan ini turun secara rutin, namun tidak bisa diprediksi sampai kapan kondisi seperti ini. Bisa saja dalam pekan ke depan hujan akan turun relatif sedikit dan imbasnya pada tanaman padi yang baru ditanam.