Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Penerapan Model Problem Based Learning Terintegrasi dengan Social Emotional Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Emosional Serta Keaktifan

18 Januari 2025   19:49 Diperbarui: 18 Januari 2025   19:49 10 0

Pendidikan merupakan praktik atau upaya
dalam membentuk berbagai macam kompetensi
yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap
individu melalui proses belajar. Pendidikan
memiliki tujuan untuk menciptakan insan yang
baik untuk dirinya sendiri dan masyarakat dengan
membentuk pemahaman, cara bertindak, dan cara
bersosial di dunia (Kemmis & Edward-Groves,
2018). Pendidikan dianggap penting karena pada
dasarnya semua individu perlu melakukan proses
belajar untuk memahami suatu hal dan memiliki
kecakapan dalam melakukan sesuatu. Pendidikan
secara formal dapat ditempuh melalui proses
belajar dan mengajar di sekolah.
Sekolah adalah sebuah instansi penyedia
fasilitas pendidikan dan pengajaran yang pada
praktiknya dibantu oleh guru-guru profesional. Peran
dan tanggung jawab guru adalah sebagai penggerak
pembelajaran yang mengatur lingkungan dan
pengalaman belajar agar sesuai dengan peserta didik
melalui perpaduan berbagai macam strategi atau
pendekatan pembelajaran (Caena & Redecker,
2019). Sebagai upaya dalam memenuhi peran dan
tanggung jawab tersebut, guru dapat menempuh
suatu cara yakni dengan menyajikan pembelajaran
berpusat pada peserta didik.
Lee & Hannafin (2016) menyatakan bahwa
jika peserta didik menjadi pusat pembelajaran maka
hal tersebut akan menciptakan lingkungan belajar
yang fleksibel dalam mendapatkan pengetahuan,
penalaran, dan pemahaman konsep. Lebih lanjut,
Lee & Hannafin (2016) juga menyampaikan bahwa
hal itu membuat peserta didik dapat membangun
pengetahuannya melalui analisa dan penelusuran
secara mandiri. Problem Based Learning (PBL)
adalah contoh model pembelajaran yang
memosisikan peserta didik sebagai pusat utama
pembelajaran. Langkah pembelajaran PBL
mengharuskan peserta didik untuk terbiasa
menyelesaikan suatu permasalahan dari suatu kasus
serta aktif di dalam pembelajaran. Penelitian
terdahulu menunjukkan hasil bahwa keaktifan dan
hasil belajar seorang peserta didik dapat meningkat
melalui proses penerapan PBL (Malmia et al., 2019;
Mayasari et al., 2022).
Bersamaan dengan mengembangkan
kompetensi kognitif, guru juga dapat
mengembangkan kompetensi sosial emosional
peserta didik (Ferreira et al., 2020). Lebih lanjut,
Ferreira et al. (2020) juga menyatakan bahwa
kecakapan mengenai sosial emosional ini penting
untuk dimiliki karena dapat membantu peserta
didik dalam menciptakan hubungan sosial yang
sehat serta berperilaku sesuai norma sosial yang
ada. Kompetensi sosial emosional dapat
dikembangkan melalui implementasi Social and
Emotional Learning (SEL) (Lawson et al., 2019).
Collaborative for Academic, Social, and
Emotional Learning (CASEL) mendefinisikan
SEL sebagai sebuah langkah untuk memperoleh
pengetahuan, menguasai keterampilan, dan
memiliki sikap untuk mengembangkan identitas,
mengelola emosi, merasakan dan menunjukkan
empati, menciptakan hubungan yang saling
mendukung, serta membuat keputusan yang
bertanggung jawab. Lebih lanjut, CASEL
memperkenalkan lima kompetensi sosial
emosional atau Social and Emotional
Competencies (SEC) yang terdiri dari self
awareness, social awareness, relationship skills,
self management, dan responsible decision
making.
Melalui observasi peserta didik di kelas XI
IPS 3 SMA Negeri 1 Kota Bengkulu Tahun
Ajaran 2022/2023 diketahui bahwa keterlibatan
dan keaktifan belajar mereka masih kurang. Hal
tersebut salah satunya ditunjukkan dari
rendahnya partisipasi peserta didik dalam
memperhatikan pembelajaran, bertanya, dan
berpendapat. Melalui observasi, diketahui juga
bahwa peserta didik belum memiliki SEC yang
baik, ditunjukkan dari kurangnya tendensi untuk
saling membantu saat diskusi, kurangnya
penghargaan terhadap pikiran rekan lain, serta
kurangnya kontrol diri terhadap emosi dan
perilaku.
Selain kedua permasalahan yang
disebutkan sebelumnya, hasil belajar juga muncul
sebagai sebuah permasalahan yang perlu
diselesaikan, diketahui hasil belajar pada mata
pelajaran kimia yang dicapai oleh peserta didik
masih belum memuaskan dan tergolong rendah.
Mata pelajaran kimia menyajikan berbagai
macam topik yang cukup sulit dan sebagian besar
bersifat abstrak. Salah satu topik yang terdapat di
mata pelajaran kimia adalah topik mengenai
koloid. Melalui wawancara yang dilakukan
kepada guru kimia di sekolah tersebut, diketahui
bahwa biasanya materi koloid hanya diberikan
kepada peserta didik untuk dibaca dan dipahami
sendiri. Hal tersebut membuka kemungkinan
kesalahpahaman peserta didik dalam memahami
materi koloid.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka
diperlukan sebuah inovasi pembaruan dalam
menyajikan pembelajaran di kelas untuk
mengatasi persoalan yang ditemukan. Peneliti
terdorong untuk melakukan suatu Penelitian
METODE
Penelitian yang dilakukan merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan PTK
mencakup proses perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi (Kemmis et al., 2014).
Subjek dari penelitian adalah seluruh peserta
didik kelas XI IPS 3 SMAN 1 Kota Bengkulu TA
2022/2023 yang terdiri dari 32 peserta didik.
Penelitian dilakukan dalam kurun waktu selama
1 bulan yakni pada bulan Mei 2023.
Siklus PTK merupakan siklus yang
berkaitan, yakni perencanaan berikutnya disusun
atas dasar hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
Penelitian ini direncanakan untuk dilakukan
sebanyak 2 siklus, yang setiap siklusnya
menerapkan model PBL terintegrasi dengan SEL.
Masing-masing siklus dilaksanakan selama 2
pertemuan pada materi koloid. Siklus PTK dapat
dihentikan jika telah memenuhi target yang telah
ditetapkan.
Instrumen yang digunakan berupa
instrumen post test, instrumen observasi guru,
instrumen observasi keaktifan atau aktivitas
peserta didik, dan angket Social and Emotional
Competencies (SEC). Instrumen post test memuat
enam soal dengan tipe pilihan ganda dan empat
soal dengan tipe uraian yang difungsikan untuk
meninjau pemahaman kognitif pada materi
koloid. Instrumen observasi keaktifan
dimanfaatkan untuk meninjau tingkat keaktifan
yang meliputi beberapa aspek yakni
memperhatikan pembelajaran, mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan, berdiskusi,
menyelesaikan masalah, mencatat materi
pelajaran, dan antusias mengikuti pembelajaran.
Instrumen angket SEC diadaptasi dari instrumen
yang dikembangkan oleh Bear et al. (2021) yakni
Delaware School Survey-Student (DSS-S).
Instrumen tersebut telah diuji dan terbukti valid
serta memiliki reliabilitas yang tinggi (Bear et al.,
2011). DSS-S merupakan instrumen angket
mengenai school climate, bullying victimization,
Social Emotional Learning Techniques, dan lain
sebagainya. Bagian yang diadaptasi dari
instrumen tersebut adalah mengenai Social
Emotional Learning Techniques untuk mengukur
sejauh mana kompetensi sosial emosional atau
Social and Emotional Competency (SEC) peserta
didik. SEC yang diukur melalui instrumen ini
terdiri dari beberapa kompetensi yakni
responsible decison making, social awareness,
self management, relationship skills, dan self
awareness.
Analisis data dilakukan pada hasil
observasi keaktifan, hasil angket SEC, dan juga
hasil post test peserta didik. Hasil yang
didapatkan melalui observasi keaktifan peserta
didik secara individu dikonversi menjadi besaran
persentase menggunakan persamaan berikut
(Rujinem, 2023).

=
100%
Hasil persentase keaktifan individu
kemudian diinterpretasikan ke dalam tabel
kategori keaktifan berikut.
Tabel 1. Kategori Keaktifan Peserta Didik
Persentase Kategori
0%-20% Sangat Kurang
21%-40% Kurang
41%-60% Cukup
61%-80% Baik
81%-100% Sangat Baik
(Rujinem, 2023)
Analisis data berikutnya dilakukan pada
data hasil angket SEC. Hasil angket SEC peserta
didik dihitung rata-ratanya dan diinterpretasikan
ke dalam tabel kategori SEC berikut.
Tabel 2. Kategori SEC Peserta Didik
Kategori Rerata SEC
Baik SEC 3,2
Cukup 3,2 > SEC > 2,5
Tidak Baik 2,5 SEC
(G. Bear et al., 2021)
Analisis data juga dilakukan pada hasil
post test peserta didik. Hasil post test atau hasil
belajar dihitung untuk setiap individu dengan
menjumlahkan skor yang didapatkan pada soal
Pilihan Ganda (PG) dan Uraian (U)
menggunakan persamaan berikut.
= @
40
100D + @
60
100D
Semua data yang didapatkan dari
perhitungan sebelumnya kemudian dilakukan
perhitungan untuk mengetahui persentase
Ketuntasan Klasikal (KK) menggunakan
persamaan berikut (Solikhin & Nikmah, 2021).
ISSN 2654-8119 (print),
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Pembelajaran di siklus I dilakukan pada
materi koloid dengan topik mengenai sistem
dispersi dan sifat koloid. Tahap perencanaan
terdiri dari proses penyusunan RPP dan juga
LKPD. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua
pertemuan yang setiap pertemuannya terdiri dari
masing-masing 90 menit. Pembelajaran siklus I
menggunakan model PBL terintegrasi dengan
SEL. Kegiatan SEL yang diimplementasikan
pada siklus I adalah guru menuntun peserta didik
untuk melakukan self assessment dengan
mengenali emosi saat akan memulai
pembelajaran (self awareness), memutuskan
untuk mengelola emosi tersebut agar tetap
bersemangat dalam belajar (self management),
serta berdiskusi, berempati, dan bekerja sama
dengan rekan lain (responsible decision making,
social awareness, dan relationship skills) (Ciotto
& Gagnon, 2018).
Observasi dilaksanakan bersamaan saat
pembelajaran pada aspek keaktifan peserta didik.
Aspek keaktifan yang diukur adalah 1)
memperhatikan pembelajaran, 2) mengajukan
pertanyaan, 3) menjawab pertanyaan, 4)
berdiskusi, 5) menyelesaikan masalah, dan 6)
mencatat materi. Hasil persentase keaktifan dari
peserta didik dapat dilihat pada Gambar 1.
70% 72% 73%
80%
60%
40%
20%
0%
59%
60,9%
48%
1 2 3 4 5 6
Berdasarkan data yang disajikan pada
Gambar 1, diketahui aspek menjawab
pertanyaan, berdiskusi, dan menyelesaikan
masalah masing-masing memiliki persentase
sebesar 70%, 72% dan 73%. Ketiga aspek
tersebut jika diinterpretasikan maka termasuk ke
dalam kategori baik. Sedangkan untuk aspek
memperhatikan pembelajaran, mengajukan
pertanyaan, dan mencatat materi masing-masing
memiliki persentase sebesar 59%, 48%, dan
60,9%, yang mana ketiga aspek tersebut masuk
ke dalam kategori cukup. Jika dilihat secara
klasikal, terdapat peserta didik sebanyak 11 orang
memiliki keaktifan kategori cukup dan 21 orang
memiliki keaktifan kategori baik. Kriteria yang
ditetapkan untuk keaktifan peserta didik adalah
minimal kategori baik, sehingga persentase
ketuntasan klasikal untuk keaktifan peserta didik
adalah sebesar 66%.
Jika dilihat kembali pada Gambar 1,
diketahui bahwa persentase keaktifan pada aspek
mengajukan pertanyaan memiliki persentase
yang lebih rendah daripada aspek lain. Hal
tersebut terlihat dari proses pembelajaran, hanya
beberapa peserta didik saja yang mampu
mengajukan atau merumuskan pertanyaan.
Peserta didik mengungkapkan bahwa mereka
tidak mengerti apa hal yang harus ditanyakan.
Maka dari itu, guru perlu melatih peserta didik
untuk mampu memunculkan pertanyaan dari
suatu topik. Usaha yang dapat dilakukan untuk
mendorong peserta didik dalam mengajukan
pertanyaan adalah dengan guru mencontohkan
terlebih dahulu pertanyaan yang bisa
dimunculkan ketika disajikan mengenai suatu
topik (Constantine et al., 2014). Selain itu,
persentase keaktifan peserta didik pada aspek
memperhatikan pembelajaran dan mencatat
materi juga tetap tergolong rendah. Melalui
observasi aktivitas guru hal itu disebabkan karena
kurangnya ketegasan guru dalam mengelola kelas
sehingga sebagian besar peserta didik tidak
memperhatikan dan juga tidak mencatat materi
pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan
analisis data, dapat disimpulkan bahwa
penerapan PBL yang diintegrasikan dengan SEL
dapat meningkatkan keaktifan, SEC, dan hasil
belajar peserta didik XI IPS 3 SMA Negeri 1 Kota
Bengkulu. Peningkatan persentase ketuntasan
klasikal untuk keaktifan peserta didik pada tiap
siklus adalah sebesar 28% yakni dari 66%
meningkat menjadi 94%. Persentase ketuntasan
klasikal untuk SEC peserta didik juga mengalami
peningkatan sebanyak 25% yakni dari 66%
meningkat menjadi 91%. Persentase ketuntasan
klasikal untuk hasil belajar peserta didik juga
meningkat sebanyak 35% yakni dari 53%
meningkat menjadi 88%. Rekomendasi untuk ke
depannya adalah diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai pengaruh penerapan model PBL
ISSN 2654-8119 (print), ISSN 2656-3940 (online)
Chemistry Education Practice, 6 (2), 2023 - 162
Fadhil, Handayani, Darti
terintegrasi dengan SEL pada sampel yang
umum. Selain itu dapat juga dilakukan
pengembangan LKPD yang memuat SEL agar
pembelajaran yang menerapkan SEL dapat
dilakukan dengan mudah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun