HUJAN sangat deras melanda kota Luminastra, bagaikan sebuah baskom raksasa ditumpah dari langit. Seorang perempuan muda berumur sekitar delapan belas tahun berada di jalan setapak penuh lumpur. Dia mengenakan baju lusuh dan berlari kebingungan mencari tempat berteduh. Punggungnya terasa sangat pegal menggendong keranjang berisi talas dan aneka dedaunan lain untuk dijadikan obat penahan lapar. Tanpa diduga, memanen talas seorang diri menyebabkan dia kemalaman dan terjebak di dalam hujan deras dalam perjalanan pulang  ke rumah. Daerah tempatnya bertinggal memang minim asa berkepanjangan.  Aroma horor luar biasa kental menguar ke seluruh kota. Angin dingin dan rintik hujan berhembus menyebar ketakutan sampai ke tempat jauh. Sejak Zarek Nocturne dan komplotannya berkuasa, semua penghalangnya disihir menjadi tikus bergigi biru yang menjadi budak di istana sang penguasa dzalim. Zarek Nocturne menyulap rumah berbahan kayu hitam berlapis emas menjadi sebuah istana fantastis. Bangunan besar itu bertengger manis di antara batang pohon sialang nan kokoh, satu-satunya pohon tertinggi di tempat itu. Batang pohon sialang sungguh luar biasa karena mampu mencapai ketinggian sekitar 25 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Pohon sialang dihuni oleh koloni lebah maut yang menjadi penjaga setia Zarek Nocturne. Siapapun yang berani menyusup ke dalam istana melawan Zarek Nocturne pasti mati disengat lebah maut dan bangkainya dibuang ke tanah.
KEMBALI KE ARTIKEL