hidung memerah tersumbat
menahan tangis.
Tapi...
hati lebih pedih dan sakit
bagai belati menghujam dada
mendengar dan melihat
kekejaman hati manusia
bagai diselimuti kabut
kenistaan dan tak berperikemanusiaan
berkedok dan berjubah
bagai malaikat
namun...
tak lebih dari laknat pencabut nyawa.
Tak ada kata
dapat terucap di bibir
hanya hati yang pedih
teriris sembilu
merintih dan merintih
darah mengucur tak henti
aaaaah.....
satu lagi saudaraku berpulang
di tanah orang
tanah tak bertuan dan tak berTuhan
tak mengenal sayang dan kasih
serta tak peduli
Selamat jalan saudariku...
walau hanya tiupan doa dan cinta
yang teriring...
akan mengiring kau ke tanah berTuan
dimana ada kedamaian dan kasih.
Hai...Kau 'MANUSIA' laknat,
kau tanggungkan darah saudara-saudariku
yang melumuri tangan-tangan kotormu
agar pada saatnya tiba maka tubuhmu pun
akan dipenuhi lumuran darah
seperti apa yang telah kau perbuat!!!
N.B.: Perkara bangsa ini yang salah atau bangsa lain yang telah bertindak semena-mena terhadap para Tenaga Kerja di luar negeri, ingatlah siapa yang akan menanggungkan darah mereka jika terus-menerus tidak ada yang peduli.
Untuk para sahabat yang ku kasihi yang sedang mengais masa depan di luar negeri, berhati-hatilah kalian, jaga diri baik-baik, tetaplah menjaga kehormatan dan harkat diri yang hakiki, karena kebahagiaan dan keselamatan kalian tidak terletak pada pundi-pundi uang dan emas, tetapi pada inti diri sendiri.
Salam Doa dan Kasih, Cinta dan Kehangatan dari Tanah Air.
Sandra Prasetyo
20 Juni 2011, 04.45 am