[caption id="attachment_153022" align="alignleft" width="180" caption="id.wikipedia.org"][/caption]
Pagi itu sekitar jam 5.55 pagi , ada getaran hebat menguncang rumah kami, saya yang terlelap, beranjak bangun dan mencoba menerka apa yang sedang terjadi. Setelah tersadar, saya langsung mengendong anak-anak saya dan berlari mencari istri saya. Ternyata saat itu istri, sedang menyapu halaman, getaran tidak begitu lama hanya bekisar 57 detik, tetapi membuat shock kami semua. Puji Tuhan, kami sekeluarga masih diberi umur panjang karena kami semua selamat dari bencana itu. Waktu itu Yogyakarta diguncang gempa bumi berkekuatan 6,2 SR, gempa yang besar yang pernah saya alami. Sesaat setelah gempa terjadi , beberapa kekacauan pun terjadi, banyak informasi yang simpang siur, kami yang bermukim di Utara Yogya, mengira gempa terjadi akibat aktifitas gunung Merapi, yang waktu itu juga sedang mengalami aktifitas yang meningkat. Sedangkan wilayah selatan Yogya, beredar isu sunami yang akan mencapai kota Yogya. Jadi masyarakat selatan Yogya berlari ke utara dan Masyarakat Utara berlari ke selatan Yogya. Banyak terjadi kecelakaan akibat kesalahan informasi itu. Beruntung saya waktu itu langsung berinisiatif membuka channel radio karena seluruh listrik mati dan sinyal hape pun terganggu. Saya sulit menghubungi dan dihubungi keluarga, yang juga membuat panik keluarga . [caption id="attachment_153024" align="alignright" width="210" caption="id.wikipedia.org"][/caption] Pengalaman saya ini tidaklah separah yang dialami oleh beberapa masyarakat di daerah selatan Yogyakarta. Karena daerah itulah yang mengalami kerusakan paling parah. Banyak keluarga yang ditinggalkan oleh sanak keluarganya, karena menjadi korban dalam gempa tersebut. Gempa ini menyebabkan tewasnya
4.611 jiwa, yang kebanyakan berasal dari daerah pesisir selatan Yogyakarta. Sekarang sudah
4 tahun kenangan itu berlalu, dan masyarakat Yogyakarta sudah pulih kembali, kenangan duka sudah berangsur-angsur pulih, walaupun akan tetap menjadi sejarah bagi sebagian besar orang. Beberapa hal unik dari penangan paska gempa pun terdapat di beberapa tempat seperti didusun
nglepen , Prambanan , yogyakarta. Rumah-rumah bantuan gempa pun berdiri, dan uniknya rumah itu berbentuk unik yaitu berbentuk
doom, mirip dengan rumah tokoh serial teve
Teletubies. [caption id="attachment_153032" align="alignleft" width="210" caption="tutinonka.wordpress.com"][/caption] Rumah
Teletubies ini adalah bantuan dari
World Association of Non-Govermental Organization (WANGO) dan Domes for the World Foundation (DFTW). Dibuat khusus sebagai bagunan tahan genpa, dikarenakan rumah bentuk doom tidak memiliki sambungan, yang merupakan titik terlemah dari sebuah rumah ketika gempa terjadi. Rumah doom juga tahan terhadap terjangan angin sebesar 450 km/jam, sehingga banyak daerah di beberapa bagian Amerika yang sering terjadi anggin tonardo menggunakan model bangunan ini. [caption id="attachment_153033" align="alignright" width="210" caption="sekedar-tahu.blogspot.com"][/caption] Rahasia kekuatan dari rumah tahan gempa dan angin tersebut dari konstruksi tanpa sambunga. Konstruksi ini dibuat dengan meniupkan cetakan balon (
airform). Kemudian diatas cetakan tersebut dibuat cor dengan semen beton, setelah beton mengering maka akan tercetak bentuk rumah yang tanpa sambungan berbentuk kubah atau doom. Rumah juga bisa menahan aliran angin yang begitu besar karena arah angin mengikuti bentuk lingkaran rumah, sehingga tidak mendorong tembok penapangnya. Model doom juga terkenal sebagai rumah di daerah kutub, rumah orang
eskimo yang disebut
Igloo [caption id="attachment_153034" align="alignleft" width="140" caption="sekedar-tahu.blogspot.com"][/caption] Begitulah kesedihan akibat gempa menjadi kenangan tersendiri, dan juga meninggalkan suatu prasasti menarik di daerah Yogyakarta. Menjadi saksi bisu adanya kejadian yang dahsyat terjadi, dan menjadi pelajaran bagaimana kita bersiap menghadapi bencana yang masih mungkin terjadi, dikarenakan posisi negara kita yang merupakan jalur patahan lempeng tetonik, dan jalur pegunungan atau dikenal sebagai
Ring of Fire. Mengenang peristiwa itu, saya tetap mengucapkan keprihatinan terhadap para korban gempa Yogya 27 Mei 2006. Selamat Jalan Saudaraku.
Salam Kompasiana.
KEMBALI KE ARTIKEL