(tampak seorang bocah, berpakaian lusuh compang-camping dan sedikit kotor, duduk di trotoar jalanan sambil memperhatkan segerombolan anak sekolah yang baru pulang sekolah, seorang anak jalanan lain datang dan menghampiri)
Jamal : hei Kosim sedang apa kau?
Kosim : (melirik jamal, dan kembali memperhatikan anak sekolahan)
Jamal : oh, ingin sekolah kau?
Kosim : tidak!
Jamal : tidak?
Kosim : ya, tidak aku terlalu bodoh untuk sekolah...
Jamal : ah kau hanya pemalas bukan bodoh, (ikut memperhatikan) -lalu apa yang kau perhatikan?
Kosim : (terdiam) aku... ingin punya sepatu mal, lihat kakiku, kotor, kering dan kurus. Di pakai jalan jauh pula, alangkah enak nya jika aku bisa menggunakan sepatu sepatu, seperti mereka-mereka itu. Tak kawatir beling, tak kawatir kotoran anjing, apalagi genangan lumpur atau bahkan cacing air..
Jamal : kau ini aneh sim, buat apa anak pemulung seperti kau ini ingin sepatu seperti mereka, sandal capit sajah sudah cukup sim,
Kosim : tidak aku ingin sepatu, seumur hidupku, sedari mamak mati sampai sekarang ini belum pernah aku punya barang bagus miliku sendiri, semua barang miliku kalau tidak usang, kotor, bekas pakai orang pula..
Jamal : kau ini, kadang aku tidak mengerti jalan pikiranmu.. untuk apa...
Kosim : (bangkit)
Jamal : mau kemana kau Kosim?
Kosim : meminta bapak untuk membelikan aku sepatu...
(Jamal memperhatikan Kosim berjalan pergi sambil menggelengkan kepalanya, lalu memandangi anak sekolah dan sepatu sepatu mereka)
Adegan 2
(ruangan gubuk kecil yang sederhana, hanya terdapat sebuah dipan, meja dan satu kursi usang di ruangan, bapak sedang sibuk menekuri selembar kertas di hadapannya, Kosim memasuki ruangan)
Kosim : sayah ingin sebuah sepatu pak!
Bapak : untuk apa?
Kosim : untuk sayah pakai pak!
Bapak: mau kau pakai kemana?
Kosim : kemana saja, memulung, bermain dengan anak pemulung lain, menjual kardus dan koran, kemana saja pak..
Bapak : tidak!
Kosim : tapi sayah mau sepatu pak.
Bapak : tidak ada uangnya untuk beli sepatu
Kosim : uang selama ini Kosim memulung kemana pak?
Bapak : untuk kamu makan
Kosim : uang yang selama ini bapak cari kemana?
Bapal : untuk makan juga
Kosim : kenapa semua uang yang kita punya ujung ujung nya hanya ke perut saja?
Bapak : yang penting kan kamu bisa hidup
Kosim : (berbisik sendiri ) selama aku hidup belum pernah aku punya barang punyaku sendiri, sejak mamak mati belum pernah aku minta apapun pada bapak, masa sekarang hanya minta di belikan sepatu saja bapak tidak kasih?
Bapak : kenapa kau begitu ingin punya sepatu?
Kosim : biar kakiku tidak sakit di pakai jalan jauh saat memulung pak!
Bapak : bagaimana kalau kau pakai sepatu bapak saja
Kosim : tidak mau pak, usang, bau, bolong, dan itu terlalu besar, lagipula, kalau sayah pakai sepatu bapak, bapak pakai apa?
Bapak : tidak pakai pun sama saja bagi bapak
Kosim : (terdiam) saya inginnya sepatu pak...
Bapak : kau ini macam macam saja, sudah sudah hentikan ocehanmu tentang sepatu dan belikan bapak nasi ke warung bu mimin,
Kosim : (berjalan gotai ke arah pintu) Kosim ingin sepatu pak. Seperti anak –anak sekolahan, seperti anak anak normal lainya, yang kalau berpergian menggunakan sepatu. yang kalau bermain menggunakan sepatu, yang kalo sekolah.... menggunakan sepatu
Bapak : kau ingin sekolah?
Kosim : (menggeleng) sayah terlalu bodoh untuk sekolah.. (berjalan keluar)
(bapak menatap kepergian Kosim dengan sedih, lalu memandangi kertas di hadapanya, masuk ahmad)
Ahmad : ada apa lagi dengan anak kau itu ?
Bapak : (terdiam)
Ahmad : tak sengaja aku curi dengar, kenapa tak kau belikan saja si Kosim itu sepatu? Beres sudah masalahnya,
Bapak : Kosim itu bukan ingin sepatu dia ingin sekolah..
Ahmad : ah kau berpikir terlalu jauh, kau dengar sendiri, Kosim bilang dia itu mau sepatu, bukan sekolah...
Bapak : punya uang Dari mana aku buat si Kosim sekolah?
Ahmad : sekolah? Si Kosim itu minta sepatu bukan sekolah! (berpikir) Kau bisa bekerja dua putaran Dar,
Bapak : minggu ini aku sudah ambil lima putaran, lalu malam aku mengatur mobil di depan warung pecel sarman, tetap sajah tidak cukup mad
Ahmad : mau pinjam sama kodir? Atau.... kerja sama husni?
Bapak : (melirik ahmad dengan tajam) (menghela nafas) biaya untuk sekolah itu mahal sekali..
Ahmad : Dar, Dar, Kosim itu ingin sepatu bukan sekolah.
Bapak : cari uang di mana buat sekolah? apa yang harus aku lakukan? (menunduk)
Ahmad : sekolah, sekolah, sekolah, sebenarnya yang ingin sekolah itu kau apa Kosim! Orang Kosim minta sepatu, kau bersikeras mau menyekolahkannya... kalau kau tak punya duid buat Kosim sekolah, setidaknya kau cari duid dulu lah buat Kosim beli sepatu.... pusing, pusing, kau ini bikin aku pusing saja Dar, (beranjak pergi sambil menaruh uang di meja) ini jatah kau minggu ini...
(bapak bangkit dan memungut uang yang dicecerkan ahmad di meja, lalu melihat kesekeliling ruangan, ia tiba tiba tersenyum saat melihat sebuah toples kaca kecil yang sudah usang, bapak memungutnya, memasukan uang itu kedalam toples, dan mengelus elus toples tersebut dengan senang)
Adegan 3
(Kosim duduk dengan marah di pinggir trotoar, Jamal menghampiri)
Jamal : jarang kulihat kau akhir akhir ini, kemana saja kau kawan?
Kosim : bapakku itu keterlaluan, setiap siang kulihat dia duduk duduk di pasar, lalu malamnya tak pulang, subuh pulang kutanya dia hanya menggangkat bahu dan pergi tidur tiduran di dipan, sementara aku jalan kesana kemari memulung dan mengumpulkan uang untuk makan,
Jamal : ah masa si sim?
Kosim : lalu kalau aku bertanya ke mana uang yang aku kumpulkan hasil memulung, dia hanya berkata untuk makan, untuk makan, untuk makan, heran saja aku kenapa aku dan bapak tidak segemuk babi jika setiap uang yang kami punyai di pakai untuk makan.
Jamal : hei sim masa kau katai bapak mu babi
Kosim : ah kesal aku.... aku hanya minta sepatu, tapi bapak malah tidak peduli, dia sendiri apa kerjanya coba, hanya tidur tiduran , atau malas malasan, uang yang aku kumpulkan mau aku belikan apapun kan itu urusan ku, malah makan saja yang dia pikirkan.
(Kosim bangkit berdiri dan pergi, jamal hanya menghela nafas)
(fade out, fade in)
(bapak sedang menghitung uang lalu dengan teliti ia memasukan nya dalam toples sambil tersenyum, Kosim yang tak sengaja melihatnya, bersembunyi lalu menunggu bapak menyembunyikan toples dan pergi, Kosim keluar Dari tempat persembunyiannya lalu mencari dan mengeluarkan toples tersebut, dia melihat uang bapak yang di sembunyikan lumayan besar jumlahnya, lalu dengan marah dia memecah kan toples tersebut lalu mengambil uangnya dan berlari pergi)
Adegan 4
(Kosim sedang duduk di trotoar, sambil termanggu, masuk Jamal yang memanggil lalu menghampiri Kosim)
Jamal : sudah dua minggu tak kujumpai batang hidung mu yang jelek itu, ke mana saja kau sim?
Kosim : ke sana ke mari...
Jamal : hah banyak duid nya kau, tidak memulung bisa makan...
Kosim : yah begitulah...
Jamal : kalau kau banyak duidnya, kenapa kau tidak membeli sepatu yang kau idam idamkan itu?
Kosim : uangnya ludes entah kemana, beli makan, beli jajanan, kucoba semua yang belum pernah sayah coba, naik bajaj, naik busway, naik kereta, makan sate, tau tau duidnya lenyap, tak ada sisanya..
Jamal : (terdiam) lalu bagai mana dengan sepatu yang kau idam kan?
Kosim : ( mengangkat bahu)
Jamal : dapat duid Dari mana kau sebanyak itu sim?
Kosim : duid.... ku sajah...
Jamal : lalu sekarang apa yang mau kau kerjakan?
Kosim : (terdiam)
Jamal : (berdiri) pulang sajah kalo begitu sim, Dari pada kau mengelandang di jalanan....
(Kosim bangkit dan mengikuti jamal pulang)
Adegan 5
(Kosim pulang ke rumahnya yang tampak berantakan, lalu dengan pasrah dia duduk di dipan dan menunggu bapaknya pulang, setelah cukup lama menunggu, bapaknya tidak kunjung pulang, dia pun keluar rumah dan mencari bapaknya, saat melewati sepasang pemulung tua tak sengaja dia mendengar pembicaraan mereka, Kosim pun berjongkok berpura pura membereskan tumpukan kardus di kakinya sambil menguping)
Udin : sial benar nasib si Dar itu.
Ikin : benar benar, bagai jatuh di timpa atap
Udin : belum lama sejak rumahnya di bobol maling eh anak nya ilang
Ikin : kalo di pikir sih, itu yang maling pasti anaknya..
Udin : semua orang bilang begitu, tapi Dar sendiri bersikeras kalo anak nya si Kosim tidak mungkin mencuri uang,
Ikin : yah namanya juga anak anak, pasti ada saat nya mereka gelap mata.
Udin : kasian bener si Dar itu yah,
Ikin : kau percaya, dia mencuri?
Udin : tak tau aku, tak kenal aku sama anaknya hanya dengar nama dan ceritanya sajah.
Ikin : bukan maksudku, apa kau percaya si Dar mencuri?
Udin : ah, kalo gelap mata kita tak tau isi hati orang..
Ikin : ah, ada benarnya, ada benarnya, sudah seminggu dia mendekam,
Udin : 10 hari, aku tau pasti, sebab aku ada di sana waktu Dar dipukuli warga kampung masjid, biru biru lah wajahnya, rusak
Ikin : tapi tak percaya aku, masa si Dar sampai mencuri, dia itu jujur dan rajin, sering kulihat dia mengangkut barang di pasar, atau menyapu jalanan sampai semalaman, padahal upahnya itu kecil sekali..
Udin : kudengar Dari ahmad, Dar itu pemimpi
Ikin : apa maksudmu?
Udin : dia bekerja setengah mampus, buat mimpinya menyekolahkan si Kosim.
Ikin : ah bodoh, orang miskin seperti kita buat apa sekolah?
(udin dan ikin mematikan rokok dan berjalan pergi)
Udin : yah si bodoh pemimpi, tapi yang lebih bodoh adalah dia tertangkap, dipukuli, lalu di bui Cuma karena mencuri..
Ikin : yah Cuma karena mencuri sepatu.
(Kosim berdiri dengan terkejut)
Adegan 6
(Kosim berdiri di luar di luar tembok tahanan bapaknya)
Kosim : pak, maaf kan Kosim pak, Kosim yang bersalah... maaf kan Kosim, kenapa bapak tidak mau bertemu Kosim? Kosim tidak peduli bapak mencuri sepatu, Kosim yang salah pak, Kosim tidak butuh sepatu atau sekolah pak, Kosim Cuma butuh bapak, ayo pak, bapak pulang... Kosim tidak mau bapak tinggal sendirian pak, Kosim tidak punya siapa-siapa lagi selain bapak, maafin Kosim ambil tabungan bapak buat sekolahin Kosim, maafin Kosim udah buang buang uang bapak buat sampah pak, maafin Kosim udah kabur pak, Kosim tidak butuh sepatunya pak, biarpun bapak mencuri sepatu pun Kosim ingin tetep bapak pulang pak, Kosim pasti tunggu bapak...
(bapak hanya diam sambil menangis, dan memalingkan wajahnya dari Kosim, dengan gontai Kosim berjalan pulang dan bertemu dengan Ahmad di jalan)
Ahmad : pulang juga kau sim?
Kosim : iya, maafkan sayah kang,
Ahmad : ya, habis melihat bapakmu?
Kosim : iya, tapi bapak tidak mau bertemu sayah, apa lagi bicara dengan sayah, mungkin bapak malu bertemu sayah karena bapak mencuri sepatu demi sayah, harusnya bapak tidak usah malu, ini sayah yang salah...
Ahmad : Kosim, Kosim... Dar itu tidak malu karena mencuri sepatu! Dar itu sedih karena kau anak nya sendiri pun percaya Dar mencuri sepatu, Dar tidak mencuri sepatu, siang itu dia beli sepatu bekas yang di jual murah di pasar loak, hadiah buat mu kalau kau pulang katanya, dapat uang Dari jual semua barang miliknya, bahkan kubantu Dar mencari barang yang bisa di jual di rumah, lewat kampung mesjid Dar pulang, ada yang berteriak kehilangan sepatu di masjid, semua menuduh Dar, karena dia menenteng sepatu, tak ada yang percaya dia tidak mencurinya, pemulung seperti dia mana punya uang buat beli sepatu, dipukuli dan di gelandang ke bui bagai bangsat, sepatunya di sita petugas, barang bukti kata mereka, tak ada yang percaya aku atau bapak mu bahwa Dar tidak mencuri sepatu itu, kita Cuma pemulung... pemulung tidak mungkin punya sepatu katanya.
(Kosim terjatuh berlutut dan menangis, sementara ahmad, hanya bisa menatap penjara dengan sedih, lalu ahmad mengaduk aduk isi karungnya dan mengeluarkan sepatu usang)
Ahmad : ini, Dar bilang untuk sementara sampai dia keluar Dari bui tahun depan pakai dulu sepatu usang yang sering dia pakai buat memulung, nanti kalau dia sudah keluar dia akan carikan uang lagi, dan nanti baru dia akan belikan kamu sepatu yang baru.
Kosim : sayah tidak butuh sepatu, pemulung seperti sayah tidak butuh sepatu, pemulung seperti sayah... Cuma butuh bapak sayah. (memeluk sepatu bapaknya dengan erat)