Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

"Batu Pandita" Situs sejarah di negeri Booi, Pulau Saparua, Maluku Tengah

31 Mei 2013   21:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:43 1453 0

Rabu, 28 Mei 2013. Jam menunjukkan pukul 13.00. Siang hari. Matahari tidak terlalu menampakkan cahayanya. Rupanya matahari diikelilingi awan mendung. Mendung siang hari. Mendung bukan penghalang atas luapan kegembiraan.Hari ini saya akan menyusuri jalan menuju Port of Tulehu danberlayar ke Saparua. DariPasso,berlanjut ke Waitatiri,Suli, maka sampailah di pelabuhan Tulehu. Sepanjang perjalanan terlihat warna Orange. Apakah mereka adalah fans setia pesepakbola dari negeri Holland? Ternyata bukan ! Dugaan saya meleset. Mereka adalah para warga yang hendak mengikuti kampanye salah satu calon gubernur Provinsi Maluku. Cukup Ramai. Mobil dipasangi spanduk, aksesoris yang dipakai berwarna orange. Pakaian orange. Kalau rambut ? Rambut hitam nyong Ambon dan nona Ambon tidak diwarnai orange. Ya kalau mewarnai rambutpun tak masalah.

Langkah kaki menuju loket. Rp 60.000 dikeluarkan hanya untuk secarik kertas, tiket kapal cepat. Tiket sudah di tangan. Tak kuasa menahan langkah untuk masuk ke Kapal cepat Cantika Innova. Alunan musik pop Ambon terdengar di dalam kapal. Terhibur juga. Kapal melepas sauh. Innova mulai berlayar ke gugusan pulau Lease tepatnya menuju desa Tuhaha pulau Saparua. Penumpang kapaltidak lebih dari 20 orang.Lumayanlah.Banyak celah untuk bergerak. Tanpa perlu risau untuk berdesak-desakan. “Lebih baik memejamkan mata dalam waktu 60 menit ke depan”. Bisikan hati kecil seakan –akan menjadi sebuah perintah. Kedua kelopak mata dipejamkan untuk beberapa saat. Sesaat sebelum merapat di Dermaga Tuhaha, saya terbangun. Bergegas saya mengantri di depan pintu kapal. Hoopppp! Saya pun berada di dermaga Tuhaha. Dermaga sederhana, terbuat dari papan. Papan-papan itulah yang menopang ribuan pasang kaki-kaki pelintas. Mulai dari anak- anak, paru baya, hingga lanjut usia. Mereka berjejeran. Ada yang berpelukan ketika bertemu dengan sanak famili. Ada juga gerombolan orang- orang yang hendak meninggalkan dermaga Tuhaha menuju Tulehu.

Saya dan ayah berjalan kaki menuju salah satu rumah kerabat. Teh hangat dan kue namu-namu menjadi kudapan tatkala hari mulai sore. Berbasa - basi sejenak. Kamipun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kuda besi. Dari jazirah Hatawano menuju negeri bertrap-trap di kota Saparua, Negeri Booi.Negeri yang unik. Trap-trap (undak-undak)menjadi icon desa Booi.Paling tidak ada ratusan trap-trap dinegeri Booi. Dari straat (jalan) atas, straat (jalan) tengah dan straat (jalan) bawah terdapat ratusan trap –trap yang menghubungkan setiap rumah. Dari ujung negeri hingga di pantai semuanya adalah trap-trap. Di samping kiri kanan straat (jalan) atas dan tengah, bunga Asoka tumbuh subur. Terlihat Pulau Nusalaut dari desa Booi ternyata memanjakan kedua bola mata. Belum selesai disitu.Masih ada lagi paket kejutan dari negeri Booi. Penataan rumah dan jalan yang rapih membuat saya berdecak kagum. Semua rumah dipagari beton.Desa yang manis sekali. Moi. Istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi negeri. Booi selalu moi.

Malam mulai menyelimuti.Lampu -lampu di dalam desa menyinari wajah negeri. “Aduh semakin bagus saja negeri Booi tatkala malam” gumam saya dalam hati.Luar biasa eloknya.Bersama kerabatdanayah,saya menyusuri trap-trap negeri Booi.Kami menuju ke rumah bapak raja dan sekreteris negeri. Tujuannya adalah mendapatkan informasi terkait penelitian ilmiah saya. Tak terasa waktu sudah larut. Saatnya membaringkan badan.

Pagi 29 Mei 2013, saya dan ayah disuguhkan molusca, hewan lunak yang hidupnya di laut. Bia, istilah yang dipakai orang Maluku untuk menyebutMolusca. Bia rebus , colo – colo dan pisang rebus makanan ambon yang sederhana. Sedak. Bukan tersedak tetapisederhana dan eeeeeeeeeenaaak.Perut kenyang. Semangat lagi untuk menyusuri pantai negeri Booi.

Kamipun berjalan ke pantai. Di pantai ini terdapat situs sejarah. Apakah situs sejarah tersebut?tanya saya dalam hati. Ternyata situs itu adalah “batu pandita”. Pandita adalah sebutan untuk pendeta. Konon, awalnya penduduk negeri Booi menetap di negeri lama. Di negeri lama keamanan mereka terusik. Bangsa Belanda menjadi penjajah di Bumi seribu pulau. Semua warga pribumi kalah dalam peperangan melawan Belanda. Konsekuensinya semua penduduk pribumi harus menatap di pesisir pantai. Waiye menjadi utusan untuk menghadap Belanda beserta beberapa pengawal. Waiye adalah penderita penyakit kulit (mungkin kusta, istilah orang Maluku: kaskadu). Jikalau Ia dibunuh tidak masalah. Perundingan dilakukan di pantai Noesal. Pihak Belandamemberikan tongkat besi dan kain berang kepadanya sebagai pimpinan dari orang pribumi. Waiye kembali ke negeri lama. Ia mengumpulkan seluruh rakyat. Rakyat pun memberi gelar “Pati” yang berarti raja atau perintah. Waktu itu Waiye belum beragama. Ia dibaptis oleh Pendeta Belanda pada sebuah batu besar. Waiye berganti nama ,menjadi Arnolis de Plame. Itulah nama pendeta yang membaptisnya. Pati sinar ditambahkan lagi.Patisinar artinya raja yang membawa sinar. Arnolis de Flame Patisinar, nama baru. TernyataArnolis de Flame Patisinar tidak mudah dilafalkan oleh orang pribumi. Mereka pun mengucapkan secara lancar / mudah yakni Arnolis Pattiasina. Dari sinilah terpancar marga Pattiasina. Sekarang Tempat Baptisan itu dikenal sebagai batu pandita. Arnolis Pattiasina berserta rakyatnya menjadi orang Kristen sesuai dengan agama yang dianut oleh orang Belanda. Mereka diajar tentang Tuhan dan FirmanNya.

Matahari sudah berada di atas kepala. Sudah saatnya pulang ke ambon. Saya dan ayah bersiap –siapke Tuhaha.Kami pun menerima pemberian dari beberapa keluarga di Booi. “Ini ada sedikit ole-ole’”, kata mereka dengan logat Booi yang kental. Sebungkus kenari kering dan sagu .“danke tante”(terimakasih tante)saya pun membalas perkataan mereka. Lambaian tangan mama – mama kain kebaya Booi menjadi tanda perpisahan. Saya dan ayah harus kembali ke Ambon dengan kapal cepat siang.Tidak ada eskalator. Manual saja, yakni berjalan di trap – trap. Trap -trap negeri Booi. NegeriBooi selalu moi. AMATO OOO (sampai jumpa)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun