Pada dasarnya, belajar adalah rasa
“ingin tahu”. Proses penyadaran manusia dari yang “tidak tahu menjadi tahu” adalah proses yang bisa mudah sekaligus memiliki tingkat kesulitan tinggi. Dalam konteks itulah diperlukan adanya pelaku pendidikan yang tidak terjebak oleh kepentingan ego individual atau kelompok tanpa memperhatikan kepentingan peserta didik itu sendiri
(child centered education atau child friendly school) maupun kepentingan publik. Model friendly schooll inilah yang dilakukan bayi ketika dia memukul-mukulkan bonekanya. Ketika bayi berumur satu tahun, ia mulai belajar berjalan. Walaupun berkali-kali jatuh-bangun dan jungkir-balik, namun ia tidak pernah merasa gagal, dan akhirnya dia mampu berjalan bahkan berlari cepat. Kemudian, si anak masuk di tingkat dasar. Lebih lanjut, kita sadar bahwa dunia saat ini menjelma menjadi - menurut Marshal McLuhan - suatu kampung besar
(big village), akibat kemajuan teknologi dan komunikasi informasi. Karenanya, telah terjadi interaksi antar manusia secara cepat dan tepat. Ia telah mengubah tata kehidupan ekonomi, politik, dan sosial-budaya, serta dengan pasti mempengaruhi proses pendidikan.
KEMBALI KE ARTIKEL