Ketika terkadang saya memilih berdiam di luar tempat di mana perayaan itu berlangsung sementara anak-anak bersama lainnya merayakan Natal Marga-marga, Serikat Tolong Menolong (STM), dan Instansi tertentu yang cenderung merayakan Natal di masa Adven, apalagi masih di Adven I dan II, saya kira bukanlah karena ketidaksudian menjaga hubungan harmonis dengan sesama yang merayakannya, tetapi lebih pada benturan penghayatan makna liturgis masa Adven. Itulah turbulence yang ada kalanya mengakibatkan keterpecahan bagi diri saya, juga mungkin bagi sebagian umat Katolik yang berdomisili di lingkungan mayoritas Kristen Protestan. Saya, walau dengan hati kurang nyaman, terpaksa turut merayakan Natal pada masa Adven.