Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Tinggalkan Kampung atau Malu!

12 Desember 2011   15:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:26 494 0

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang *Ranah 3 Warna

Merantau. Begitulah kebiasaan masyarakat suku minangkabau dari dulu dan masih bertahan hingga zaman modern sekarang. Terbukti hampir separuh masyarakat Sumatera Barat (yang didominasi suku minangkabau) telah meninggalkan tanah kelahirannya. Terutama lelaki yang belum menikah (bujang).

Karantau madang dihulu, Babuah babungo balun. Marantaulah bujang dahulu Dirumah paguno balun

Kini, merantau tak hanya berlaku untuk kaum pria, wanita minang juga melakukan hal yang sama. Banyak alasan mengapa mereka harus pergi. Bukan karena mereka tak menyukai kehidupan di kampung lalu lari. Sebaliknya merantau adalah bentuk kecintaan dari kampung itu sendiri. Sesungguhnya, dalam kenyataan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Minang, pergi merantau bagi para ’bujang’ dianggap sebagai ’prestasi’ tersendiri. Terlepas dari apakah nanti mereka akan berhasil atau tidak. Merantau bukanlah suatu tindakan untuk menghindar, tapi perbuatan terhormat.

Pemahaman ini didukung dengan adanya ungkapan ataupun pedoman hidup lain, yaitu:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun