Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Kampung Adat Ciptagelar - Berdaya Karena Berbudaya

31 Mei 2015   23:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25 499 0
Di depan saya, terdapat dua buah bakul nasi yang besar, satu bakul berisi nasi putih dan satu bakul berisi nasi merah yang disajikan bersama dengan kesederhanaan menu sup ayam, ikan wader, dan sambal hijau segar. Malam itu adalah malam terakhir saya di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat. Saya merasakan ketenangan dan perenungan yang dalam saat mengambil nasi merah itu. Tampak sederhana dan biasa, namun aktifitas makan malam itu sungguhlah berkesan. Nasi ataupun beras adalah nyawa dari masyarakat Ciptagelar. Beras adalah hal yang sakral, perlu dihormati dengan dikembangkbiakkan sebaik-baiknya, digunakan secara bijaksana, dan yang paling unik adalah tidak boleh dikomersialkan. Ya, beras di Ciptagelar baik dalam bentuk gabah, nasi, bubur, maupun olahan kue pantang hukumnya untuk diperjual belikan. Beras adalah nyawa bersama untuk kehidupan bersama. Namun siapa sangka, dengan prinsip budaya kebersamaan masyarakat dalam bertani dan berbagi beras justru menumbuhkan daya yang luar biasa. Denyut kehidupan nadi masyarakat yang setia dalam menjaga tradisi ratusan tahun ini menghantarkan kepada daya tarik budaya yang mempesona, mengundang orang dari penjuru negeri untuk datang. Apa yang terjadi setelah itu? Perputaran ekonomi masyarakat tentunya mampu tumbuh seiring hadirnya para "tamu" yang hadir menyapa untuk mengenal lebih dalam kebudayaan Ciptagelar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun