Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ketika Tuhan Kuajak Kompromi

22 September 2016   05:39 Diperbarui: 22 September 2016   07:03 128 3
Pagi sekali seperti biasa (namamu) terbangun dengan bisingnya weker yang cukup membuat gendang telinga beresonansi hebatnya. Merambat pada titik syaraf menuju pusat, sesekali merangsang otot retina dengan ratusan bahkan jutaan volt memaksa terus tuk membuka sang kelopak. (Namamu) terperanjak seketika. Kemudian pandangan (namamu) alihkan ke segala penjuru mencari sumber suara berharap secepatnya terhenti. Setengah empat dini hari. Ya, (namamu) sengaja setting waktu jam weker untuk menumpahkan segala aspirasi dalam milyaran sel abu yang saling terkoneksi di kepala (namamu). Sesekali mengecek beberapa notif sosmed yang akhir-akhir ini memenuhi beranda.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun