Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Dewan Kesenian Metro, Teater Dapat Meningkatkan Kecerdasan Ganda

16 November 2013   08:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:06 98 0
workshop Penyutradaraan/Teater yang dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Metro pada 13-14 November 2013 telah memberikan banyak manfaat dan membedah beberapa informasi tentang kecerdasan. Konsep kecerdasan ganda yang di rancang oleh Howard Gardner sangat berhubungan erat dengan kecerdasan dalam proses berteater. Hal ini menunjukkan bahwa berteater bukanlah sebuah aktivitas biasa yang tidak banyak memiliki manfaat. Hal ini dapat di diskusikan lebih lanjut dalam tulisan berikut ini. Otak bukan hanya segumpalan materi yang dapat dibandingkan sebagai gumpalan daging yang biasa. Tetapi otak memiliki fungsi yang sangat penting untuk kita, seperti juga fungsi jantung untuk peredaran darah dalam tubuh kita. Otak manusia dewasa diperkirakan mengandung antara 12-15 miliyar sel saraf, itupun sel yang ada pada otak besar (neokorteks) belum ditambah dengan otak reptil dan mamalia, sehingga mencapai 200 miliar sel..Dan dari situlah manusia memiliki berbagai kemampuan seperti daya ingat ,berfikir,merasa dan lain sebagainya. Dari pembagian otak tersebut, dibagi lagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi otak kiri dan otak kanan. Dari setiap belahan otak itu mempunyai fungsi tersendiri yang diatur oleh “alat” penghubung kedua otak tersebut. Dan koordinasi dari kedua otak itu yang memaksimalkan fungsinya, .kalau penghubung itu terganggu, kedua belahan otakpun ikut terganggu. Otak kiri terkait dengan kemampuan logika, matematika, bilangan , bahasa, daya ingat dan daya analisa. Sementara belahan otak kanan banyak berfungsi dalam penguasaan bentuk dan pola, penguasaan ruang, irama, penggambaran, imajinasi dan ukuran dimensional. Setidaknya ada tiga kemampuan yang biasa disebut orang dengan istilah kecerdasan (intelligence). Dan ke-tiga inteligensi itu diperjelas oleh Ary Ginanjar Agustian secara detil dan hubunganya dengan fungsi otak yang sangat kompleks. Sebelumnya orang mengira bahwa IQ (Intellegence Quotient) merupakan penentu kesuksesan dalam hidup. Jika IQ-nya tinggi maka, dia akan mendapatkan kesuksesan dalam belajar dan akhirnya mendapat kesuksesan dalam hidup. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, karna banyak orang pintar dan ber-IQ tinggi pada kenyataanya dia mengalami kesulitan hidup. Artinya, bahwa perlu ada pendukung – pendukung yang lain sebagai penyeimbang, seperti EQ (emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient) pernyataan Ary Ginanjar Agustian mengenai tiga kecerdasan tersebut mendapat sambutan yang luar biasa sehingga bukunya mengenai ESQ menjadi best Seller. Berbagai pola pelatihan teater pernah saya ikuti bahkan saya juga mengikuti berbagai workshop teater yang diperuntukkan bagi calon-calon aktor dari unsur pelajar dan mahasiswa juga beberapa orang dari komunitas independen. Disela-sela proses latihan itu saya teringat seorang teman yang mengatakan “seorang aktor itu harus cerdas”. Ungkapan itu terus melekat di pikiran saya, apakah memang benar menjadi aktor harus cerdas dan memungkinkan menjadi cerdas. Sementara teman saya yang lain mengatakan “mau jadi apa dengan berteater ?”. Dua pendapat itu sempat membingungkan, tapi, tetap saya jalani berlatih teater bersama kawan-kawan di komunitas Independen, karna saya yakin ada banyak hal yang menarik dalam proses pelatihan itu. Ada beberapa hal yang dapat diambil pelajaran dari workshop dan latihan teater,yang akan terungkap di sini. Pada bulan pertama kami dilatih olah vokal dan artikulasinya, juga cara pengucapanya secara staccato, vibration dan long voice. “Seorang aktor harus memiliki vocal yang baik, memiliki power, dan artikulasinya harus jelas”, ungkap instruktur kami. Ada beberapa poin yang menarik dari olah vokal ini apabila dilakukan dengan rutin, karena kecerdasan berbahasa akan berkembang dengan sendirinya. Inteligensi linguistik adalah kemampuan menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secara oral yang kemungkinan akan berkembang pada kemampuan menulis. Olah vokal juga dapat menambah kemampuan berbahasa dengan baik. Selama satu bulan tersebut sebelum pelatihan dimulai kami disarankan untuk melatih vocal terlebih dahulu.kemudian baru meningkat ke sesi selanjutnya. Masih pada satu bulan pertama, kami digembleng untuk mengolah tubuh dengan baik, fisik, kelenturan dan gesture. Pengolahan badan secara rutin sangat ideal untuk peningkatan Intelegensi kinestetis – badan. Menurut Gadner, kemampuan ini adalah kemampuan menggunakn tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Pada sesi ini aktor diharapkan mampu mengeksplorasikan diri dalam sebuah pementasan teater dengan baik. Pada bulan kedua kami dilatih mengapresiasikan diri secara total ber-interaksi dengan lawan main, bahkan juga meng-intregasikan diri pada alam (nature).pelatihan ini adalah sebuah upaya untuk mengembangkan Inteligensi inter- personal. Bagaimana seorang aktor harus memahami dengan baik aktor-aktor lain yang menjadi lawan main, secara psikologis; sikap yang dimiliki, karakter dan perasaan yang lebih dalam lagi, Kecerdasan ini untuk melatih bagaimana seorang aktor dapat mudah bekerja sama dengan orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik,. komunikasi secara verbal atau non - verbal. Kecerdasan ini juga melatih aktor untuk peka terhadap teman, terhadap penderitaannya, persoalan-persoalan yang dialaminya sehingga mudah berempati. Selanjutnya, kami diberi materi tentang blocking. Bagaimana sebaiknya penempatan diri sang aktor ketika berada di panggung, dan memperhatikan hal-hal kecil yang memberi pengaruh terhadap baik tidaknya pementasan. Pementasan akan menjadi menarik ketika mempertunjukkan bisnis acting secara detil. Posisi sang aktor juga menjadi bagian yang menarik selain gesture, vocal, dan power yang baik. Kemampuan memposisikan diri (blocking) dalam pementasan teater adalah sebuah kecerdasan tersendiri yang menurut Gadner adalah Iintelignsi ruang-visual. Seorang aktor dengan melatih bloking dan memiliki peresepsi yang baik terhadap benda-benda artistik yang ada di sebuah panggung, secara otomatis akan mengembangkan inteligensi ruang. Dan proses latihan yang terus meneruslah yang menjadi kecerdasan itu meningkat. Sebelum memulai latihan, kami terbiasa melakukan meditasi bersama dengan harapan Energi yang terkumpul menjadi sebuah kekuatan motivasi bagi kami. Dengan berbagai macam bentuk meditasi, upaya yang ingin dicapai adalah kemampuan untuk berkonsentrasi, introspeksi, dan pada akhirnya adalah intregasi diri yang akan melahirkan sebuah kesadaran yang tinggi. Kemampuan seperti ini dalam konsep multiple intelligence adalah Inteligensi intra-personal yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri, dan kemampuan untuk bertindak secara adaftif berdasarkan pengenalan diri, termaksud kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. (paul suparno, 2004). Seorang aktor dituntut untuk memiliki kesadaran akan dirinya, sehingga tidak menjadi sombong dan tinggi hati terhadap aksi peranya dalam beberapa pementasan yang sudah dilakukan. Pada tahap selanjutnya, kami berlatih untuk berinteraksi dengan alam sekitar dan sang instruktur membawa kami ke sebuah pedesaan kecil yang terdapat alir sungai dan air mancur, kemudian kami memulai untuk bermeditasi di sekitar sungai kecil dan di bawah air terjun. Kami dituntun untuk mencoba mensenyawakan perasaan dengan suara-suara alam; benturan air pada batu, kicau burung, hembusan angin dan pancaran air terjun yang menusuk-nusuk kepala kami. Pola pelatihan seperti ini diharapkan menjadikan aktor lebih mawas diri introspeksi cinta terhadap alam dan lingkunganya. Kemampuan ini disebut juga dengan Inteligensi lingkungan yaitu sebuah kemampuan untuk memahami flora dan fauna dengan baik, karena dapat membuat distingsi konsekwensial lain dalam alam natural; kemampuan memahami alam, dan mempergunakan kemampuan ini dengan produktif untuk mengembangkan pengetahuan akan alam, yang selanjutnya dengan secara sadar akan mencintai lingkungan alam sekitarnya. Potensi yang dimiliki oleh setiap orang akan berbeda-beda tingkatanya, sehingga tugas kita untuk mencari mana yang paling menonjol dan kemudian mengmbangkanya terlebih dahulu, karna tanpa sebuah prioritas-prioritas kita akan kesulitan untuk memilih dan mensistematikkan inteligensi yang ada. Dalam pementasan sebuah teater biasanya ada alunan musik yang mengiringi, sebagai unsur penguat cerita dalam sebuah naskah. Aransemen musik dalam produksi teater harus sesuai dengan suasana naskah ketika itu, latar belakang, tokoh dan lain sebagainya, yang dapat dipahami secara logika. Kemampuan untuk mengiringi pementasan teater dengan musik pendukung adalah merupakan proses mengasah Intligensi musikal. Dengan memaksimalkan kemampuan inteligensi musikal, akan meningkatkan fungsi bahasa, seni dan kemampuan yang lain. Apabila salah satu inteligensi terkena stimulus maka layanan fungsi otak terhadap kegiatan mental tertentu akan menjadikan semua inteligensi bekerja secara bersama.(Gardner, 1990). Setiap manusia lahir memiliki bakat (potensi) lebih dari satu, dan semuanya itu dapat digali dan dikembangkan menjadi sebuah kemampuan yang luar biasa. Karna itu perlu adanya pola pembelajaran untuk mengembangkan diri (Empowering) yang sistematik, sehingga potensi-potensi yang ada pada kita tergali secara maksimal. Beberapa inteligensi tersebut muaranya adalah pada kaspasitas otak besar, otak tengah dan otak kecil. Dan dari belahan otak besar tersebut, fungsi otak kanan dan otak kiri akan semakin bekerja secara maksimal apabila kita mampu mensenyawakan kedua fungsi otak tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun