Saat matamu melayang menuju bianglala sedangkan lereng pipimu tenggelam oleh air mata...
Kekasih...
Andai rindu itu bersulang...
Aku ingin mengemas senyummu kembali disetiap celah pandanganku.... Yang sempat tumpah dipelataran waktu.
Kekasih...
Andai rindu itu berulang.
Apakah kita masih bisa menjelaskan setiap bias gelisah... Seperti rindu yang mampu menerjemahkan seluruh cantikmu lewat himpunan aksara.
Kekasih...
Namun andai rindu itu menghilang...
Akankah kita memilih untuk bisu... Seperti embun yang tak mampu menguraikan dinginnya lewat suara.
Sebab kini... Coba lihatlah lentera itu... Warnanya seakan telah mengering...
Tak seperti awan yang mendung...
...Hitam namun basah.