Kehidupan yang seharusnya dinikmati dengan tenang di usia senja justru dihabiskan oleh Nenek Parjiem, 65 tahun, untuk berjuang keras demi mencukupi kebutuhan dua cucunya yang yatim piatu. Tinggal di rumah sederhana di Pademangan Barat, Jakarta Utara, Nenek Parjiem menjadi satu-satunya tumpuan hidup setelah kedua orang tua cucunya mengalami tragedi memilukan. Kisah inspiratif ini menarik perhatian kelompok mahasiswi PGSD Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), yang kini bergerak untuk membantu keluarga ini melalui program pemberdayaan dhuafa. Hidup Nenek Parjiem berubah drastis ketika kedua orang tua cucunya mengalami kecelakaan. Sang ibu meninggal dunia, sementara sang ayah mengalami patah kaki dan kemudian memilih menikah lagi, meninggalkan kedua anaknya dalam asuhan sang nenek. Kini, dua cucu Nenek Parjiem, seorang anak laki-laki yang duduk di bangku kelas 2 SMP dan seorang anak perempuan di kelas 2 SD, sepenuhnya bergantung pada kerja keras beliau.
KEMBALI KE ARTIKEL