Ini mungkin salah satu cara saya untuk
ngless, sarana untuk menghilangkan penat sesekali dalam kota tak apalah, yang penting hati bisa merasa tenang dan senang. Mungkin masih kurang tepat kalau di bilang taman kota ini sebagai wana wisata. Menurut Anda? Kalau di tanya dimanakah jantung kota Surabaya, maka jawabannya mungkin di Taman Bungkul. Karena itu tidak salah jika wajah Taman Bungkul kini berubah 180' dari sekitar beberapa tahun lalu. Kalau dulu jangan di tanya, kumuh dan dijadikan tempat berpacaran! Taman Bungkul sendiri sebelumnya dibangun karena adanya makam tokoh sejarah seperti Ratu Kamboja, Ratu Campa, Tumenggung Jayengrono, dan Ki Ageng Supo (atau yang lebih dikenal dengan Mbah Bungkul). Karena keberadaannya yang sangat strategis maka Pemkot Surabaya mengubah wajah Taman Bungkul menjadi sebuah taman kota yang sangat menarik. Air mancur dan kerlipan lampu hias pada malan hari semakin membuat semarak di Taman Bungkul. Tidak ada tarif masuk yang diberlakukan di Taman Bungkul. Murah meriah. Namun Rp 1000 - Rp 5000 untuk biaya parkir adalah pengeluaran yang harus anda siapkan jika memakai sepeda motor atau mobil. Tempat peziarahan? Ya. Banyak peziarah, dari dulu sampai sekarang. Baik dari Kota Surabaya maupun daerah lain seperti Kediri, Banyuwangi, Gresik, dan Lamongan, yang berkunjung secara berombongan (Kompas, 24/4/1999). Karena di bagian dalam Taman Bungkul terletak makam Mbah Bungkul yang boleh jadi dapat dikategorikan sebagai wali lokal, suatu konsep sejarawan UGM Sartono Kartodirdjo untuk menyebut tokoh Islamisasi tingkat lokal. Keberadaan dia sejajar dengan Syeh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), Ki Ageng Gribig (Klaten), Sunan Panggung (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), dan wali lokal yang lain (Kompas Jawa Timur, 6/8/2007). Terakhir saya mampir di taman bungkul Sabtu (25 Sep 2010). Setelah renovasi Pemkot besar-besaran, 100% Taman Bungkul layak dikunjungi. Banyak fasilitas yang sudah tersedia disana. Saya yang bukan aseli orang Surabaya teruss terang jarang berkunjng ke sana, tapi kalau melewati Taman Bungkul sudah sering sekali. Sama seperti Balai kota pada masa lampau, taman bungkul saat ini menjadi ramai. Setelah Taman Bungkul selesai di renovasi pasar malam Balai Kota Surabaya di tutup untuk umum dan tempat rekreasi gratis itupun pindah ke Taman Bungkul (itu pengamatan pribadi loh).
KEMBALI KE ARTIKEL