Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen | Antrian Pensiunan dan Komputer yang Hang

18 Januari 2025   05:49 Diperbarui: 18 Januari 2025   05:49 16 1
Cerpen  |  Antrian Pensiunan dan Komputer yang Hang

DikToko
(Soetiyastoko
)

Pagi itu, antrian panjang membentang di depan loket pembayaran pensiun. Empat orang sahabat lama --- Pak Manan, Pak Suwito, Pak Joyo, dan Pak Harun --- duduk berjajar di kursi kayu yang mulai reyot. Mereka menunggu dari pukul 7 pagi, tetapi hingga jam 10:30, loket tak kunjung dibuka. Alasannya? Komputer di dalam kantor hang.

Pak Harun, yang paling cerewet, mulai bicara. "Hang itu apa sih? Gantung? Jangan-jangan komputernya lagi hang out ke warung sebelah."


Pak Joyo tertawa terbahak-bahak hingga batuk. "Mungkin komputernya hang out sambil minum kopi!"

Pak Suwito menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. "Aku baru belajar bahasa Inggris, loh. Hang itu kayak... gantung. Tapi kalau hang out, artinya jalan-jalan."

Pak Manan menyahut, "Ah, komputer jalan-jalan? Apa nggak mual dia? Mungkin dia juga sekalian belajar bahasa Inggris!"

Pak Harun tertarik. "Belajar bahasa Inggris? Ayo kita belajar sama-sama. Aku nemu ini, bagus buat hiburan!" Dia mengeluarkan kertas kecil dari sakunya.

Ia mulai membaca:
"Good itu baik. Time itu waktu. Kalau good time?"

"Biskuit coklat!" seru mereka serempak, tertawa sampai perut mereka sakit.

Pak Joyo menimpali, "On itu aktif, line itu garis. Kalau online?"

"Ngirim pesan, tapi nggak dibalas!" jawab Pak Suwito, membuat mereka tertawa keras hingga terdengar suara kecil yang mencurigakan dari salah satu dari mereka.

"Kau kentut ya, Suwito?" goda Pak Harun.

"Aku? Nggak, itu suara kursi!" kilahnya dengan wajah merah.

Pak Manan melanjutkan, "*Close itu tutup, up itu naik. Kalau close up?"

"Odol!" sahut mereka lagi, sambil terpingkal-pingkal.

Pak Suwito mencoba meluruskan napas. "Aduh... fresh care itu minyak angin, so may itu makanan, sun light itu sabun cuci piring!"

Mereka tertawa lebih keras lagi. Pak Joyo sampai menangis sambil memegangi perutnya. "Yang paling lucu itu I you think think!"

"Apaan itu?" tanya Pak Harun.

"Ya jelas! Penyanyi dangdut!"

Semua langsung terbahak lagi, tanpa peduli pandangan para pegawai yang tampak kesal.

Beberapa menit kemudian, seorang pegawai akhirnya muncul, tetapi hanya untuk memberi pengumuman bahwa pelayanan belum bisa dilakukan karena masalah teknis. Pak Harun berdiri dengan suara lantang, matanya tajam.

"Pak, kami tahu kalian sibuk. Tapi kami juga manusia. Kami juga pernah bekerja keras seperti kalian, bahkan mungkin lebih lama. Suatu hari nanti, kalau kalian diberi umur panjang, kalian juga akan menjadi pensiunan seperti kami. Mudah-mudahan, pegawai yang melayani kalian kelak tidak seperti kalian melayani kami hari ini."

Ruangan itu seketika sunyi. Sang pegawai menunduk dan mengangguk pelan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun